TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pihak menyangsikan usulan untuk menjadikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menjadi Duta Besar Jerman.
Bahkan, independensi anggota dewan pembina Partai Demokrat ini sempat dipertanyakan dan terkesan membawa misi lain ke Jerman.
Susaningtyas Kertopati, Anggota Komisi I dari Partai Hanura, mengatakan belum melihat hal tersebut. "Kalau itu kan hak prerogratif ya. Saya enggak bisa mengira-ngira seperti apa. Tapi sepertinya pertimbangan Presiden memilih Fauzi Bowo itu, karena dia fasih berbahasa Jerman dan mengerti daerah-daerah di Jerman," kata wanita yang akrab dipanggil Nuning itu di Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Nuning mengatakan, Foke dapat cepat beradaptasi dengan kultur Jerman sebab pria tersebut telah terbiasa tinggal di sana.
"Jadi saya rasa, mungkin hal itu bisa menjadi jembatan Indonesia dengan Jerman lebih baik. Itu harapannya. Tapi, kita kan enggak tahu hitung-hitungan yang lain, saya bukan orang Demokrat, jangan tanya sama saya dong," ungkapnya.
Mengenai karakter yang keras, Nuning meminta publik membedakannya dengan pengalaman Foke selama di Jerman. Apalagi, Foke mampu berbahasa Jerman sehingga dapat berkomunikasi dengan cepat. Kemampuan berbahasa memang menjadi penting bagi dubes.
"Mengenai keberadaannya yang emosional dan tempremental, orang Jerman kan juga sama seperti itu. Dia seperti itu mungkin kepribadian itu tumbuh karena dia ada di sana, lalu tidak cocok bila diterapkan di Indonesia," tutur Nuning.
Ia pun berpikir positif dengan penunjukkan Foke sebagai Dubes Jerman. Sebab, Foke telah memiliki kemampuan yang mendasar yakni bahasa Jerman.
"Daripada kita kirim orang yang enggak bisa berbahasa Jerman. Orang Jerman itu terkenal sombong, dia kadang-kadang tidak mau berbahasa dengan bahasa yang lain, dengan bahasa Inggris pun dia berlaga tidak bisa, enggak mau, sama dengan Perancis. Saya kira ada baiknya dikirim orang yang bisa satu bahasa," jelas Nuning.