"Jadi kebanyakan penembakan polisi justru tidak ada motif khusus. Semata-mata karena pelakunya merasa 'gw ngapain, ya? Mulut asem, tangan gatel...Ah, gw nembakin polisi aja, ah!," papar Reza.
Menurutnya penembakan polisi adalah efek kampanye polisi melawan terorisme.
Dasarnya, kata Reza, sekalipun polisi (anggaplah) sukses menyikat orang-orang yang disebut teroris, namun polisi tidak sukses merebut simpati publik.
"Merebut simpati publik yang penting. Agar informasi keberadaan pelaku dari masyarakat, didapat polisi," katanya.
Ia berandai-andai, jika penembakan polisi tersebut memang modus baru teroris, menurutnya itu dalam tanda kutip menjadi lebih baik ketimbang bom.
"Dengan bom, yang jadi korban bisa siapa saja. Tapi dengan penembakan, target operasi teror berarti lebih spesifik yakni polisi. Kita-kita ini, bisa dibilang, tak lagi menjadi incaran teroris," katanya.
Walau begitu, Reza, mengatakan bukan berarti dirinya membenarkan penembakan terhadap polisi.
"Polisi juga orang Indonesia, punya keluarga seperti kita. Saya bersimpati pada para korban dan keluarga mereka," katanya.