TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yanto (51) tahun, warga Pancoran Jakarta Selatan sekaligus salah jemaah Habib Muzir bin Fuad Al-Musawa sempat tak percaya mengetahui sang Habib meninggal dunia. Namun, setelah sebuah ambulan memasuki pelataran masjid sekitar pukul 19.00 WIB, serta diiringi para jemaahnya, air mata Yanto seketika langsung mengalir.
"Tadi sore ada jemaahnya Habib, teman saya juga datang ke sini tanya sama saya, pak Habib Munzir benar?', karena saya binggung sama pertanyaan dia, akhirnya dia bilang kalau ada kabar habib (Munzir) meninggal, saya belum percaya," kata Yanto berbincang dengan Tribun di sekitar masjid Al-Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu(15/9/2013).
Yanto sendiri merupakan seorang pedagang kelontong di pinggiran jalan sekitar masjid yang dipakai untuk menyemayamkan jenazah Habib Munzir tersebut. Dari warungnya, pria yang memiliki anak di SMA 60 Jakarta itu sering mendengarkan ceramah sang Habib sembari berdagang.
"Saya selalu dengerin kalau habib ceramah. Kan dekat dengan tempat dagang saya. Kalau saya lagi tidak dagang, ya saya ke masjid ikut pengajian Habib," kata Yanto sembari menghela nafas.
Yanto menceritakan, bahwa Habib sudah memberikan sinyal-sinyal kepada jemaahnya sejak tiga bulan lalu. Saat itu, kata Yanto, Habib sedang sakit, namun tetap mengajar saat pengajian dimulai.
"Saya ingat betul mas, tiga bulan lalu, Habib sakit, tetapi pengajian tetap dilanjutkan. Itu beliau yang minta. Pas datang ke masjid beliau pakai kursi roda, bilang 'kalian semua enggak usah khawatir, saya sehat-sehat saja. Hanya batuk dan pilek biasa, saya cuma kena maag. Kan enggak ada riwayatnya orang meninggal karena maag', begitu beliau bilang," kata Yanto mengutip pemaparan habib Munzir.
Pengajian Majelis Rasulullah sendiri biasanya, kata Yanto digelar setiap hari Senin sekitar pukul 21.00-23.00 WIB. Sementara umbul-umbul penanda pengajian akan digelar, paparnya, biasa dilakukan pada Minggu malam.
"Habib kan kalau mengajar berdiri dia, waktu pas sakit itu dia pakai kursi roda supaya kelihatan sama jemaahnya. Jemaahnya banyak, dia bilang 'kalau duduk dibawah saya nanti tidak kelihatan, kalau berdiri saya belum bisa'. Ya jadinya ambil jalan tengah pakai kursi roda," kata Yanto berbincang sembari melayani pembeli di warungnya.
Habib, lanjut Yanto, sering mengajarkan hal-hal yang bersifat kekinian. Tetapi, tidak meninggalkan hal-hal yang mendasar.
"Disini juga dikenal lewat shalawat-shalawatnya. Rame jemaahnya," kata Yanto.
Saat ditanya, siapa yang sering mengisi pengajian, jika habib sedang berhalangan mengajar, Yanto tidak hafal. Tetapi terang dia, masih dari sahabat-sahabat Habib Munzir.
"Ya mudah-mudahan pengajian ini terus ada, pasti kebaikan ada penggantinya yang mengajar," harap Yanto.