News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Artefak Dicuri

Cucu Sumitro Djojohadikusumo Siap Beli Artefak yang Hilang

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Garis polisi terpasang di pintu masuk Ruang Khasanah, Museum Nasional, Jakarta Pusat, yang menjadi tempat penyimpanan empat artefak emas yang hilang, Kamis (12/9/2013). Artefak dari zaman Mataram Kuno yaitu lempengan naga mendekam, lempengan Harihara, lempengan bulan sabit, dan wadah bertutup, diketahui hilang dari tempat penyimpanannya di Ruang Khasanah museum tersebut pada Rabu, 11 September pagi. KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Aryo PS Djojohadikusumo mengatakan ia dan keluarganya siap membeli empat buah artefak kuno peninggalan kerajaan Majapahit dan Matraman kuno yang hilang di Museum Nasional untuk dikembalikan kepada Negara. 

Menurut Aryo, nilai kultural dan historis dari artefak yang hilang tidak dapat tergantikan oleh uang. Oleh karenanya, mengembalikan artefak tersebut merupakan suatu keharusan demi menghargai sejarah kerajaan-kerajaan yang kemudian menjadi bangsa Indonesia.

"Hilangnya artefak peninggalan kerajaan Majapahit dan Matraman Kuno itu menggambarkan bagaimana pemerintah tidak menjaga dengan sungguh-sungguh benda bersejarah dan warisan leluhur bagi bangsa ini," kata Aryo dalam rilisnya kepada Tribunnews.com, Senin (16/9/2013).

Ia kemudian meminta Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan teliti dan memperketat mengamankan benda-benda yang masuk dalam kategori artefak maupun cagar budaya.

"Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala juga harus memasukkan data secara rutin mengenai benda-benda peninggalan bersejarah. Ini supaya data base mengenai benda purbakala dan bersejarah teridentifikasi dan tercantum dengan benar. Jadi jika ada kehilangan akan langsung teridentifikasi," kata cucu dari Sumitro Djojohadikusumo tersebut.

Ia juga mengkritisi perawatan dan pengamanan benda-benda bersejarah. Menurutnya, banyak benda bersejarah dan artefak yang dibiarkan terbengkalai dan rusak. Padahal, nilai dari benda tersebut tidak dapat tergantikan.

Disisi lainnya, pemerintah juga harus memberikan informasi serta pemahaman dan pengetahuan yang lebih kepada masyarakat. Sebab, masih banyak masyarakat yang hanya melihat nilai ekonomis dari sebuah benda bersejarah, tanpa melihat nilai-nilai instrinsik yang terkandung didalamnya. "Kehilangan benda bersejarah bagi Indonesia seperti orang yang lupa asal-usul," kata Aryo.

Sebagai bangsa yang menghargai dan kaya akan peninggalan sejarah, sudah selayaknya perhatian lebih diberikan kepada artefak, cagar budaya serta museum yang ada di Tanah Air. Peninggalan sejarah, kata Aryo bukan hanya menceritakan sejarah bangsa, namun menggambarkan jati diri dan harga diri bangsa. 

Ia tidak memungkiri banyak artefak dan benda kuno asal Indonesia diperjualbelikan di luar negeri. Bahkan, tidak jarang barang yang terbilang antik dan kuno tersebut berakhir di pasar gelap internasional atau ditangan kolektor luar negeri.

"Jika perlu, saya dan keluarga akan membeli artefak dari pencuri itu dan mengembalikannya kepada Negara. Ini semata-mata supaya bisa disaksikan dan menjadi kebanggaan bagi anak-anak bangsa kelak," kata Aryo

Sebelumnya diberitakan, empat artefak yang disimpan di Museum Nasional dicuri pada Rabu (11/9/2013). Adapun nama-nama artefak tersebut adalah:

1. Lempengan Naga
Diperkirakan telah berusia sejak 10 Masehi. Ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur, lempengan emas berbentuk naga ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Panjangnya 5,6 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter.

2. Lempengan Bulan Sabit
Lempengan tersebut diperkirakan telah berusia sejak 10 Masehi. Ditemukan di daerah Jalatunda, Jawa Timur, lempengan ini juga merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Berbentuk lempengan bulan sabit dari emas dan di kedua ujungnya ada empat buah ukiran segitiga lancip. Segitiga ini seakan membentuk cakar. Di lempengan ini ada enkripsi jawa kuno yang sudah samar. Panjangnya 8 sentimeter dengan lebar 5,5 sentimeter.

3. Cepuk
Sama dengan Lempengan Naga dan Bulan Sabit, artefak ini diperkirakan berusia sejak 10 Masehi sebagai peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Berbentuk seperti dandang kecil dengan tutupnya, cepuk ini terbuat dari emas dengan teknik pukul, pembengkokan, dan patri.

Permukaannya tidak rata tapi kokoh dan tegak. Ada ukiran yang sudah tipis. Dasarnya agak cembung dengan bibir cepuk tajam dan menghadap ke atas. Tutupnya memiliki pegangan seperti stupa dan berongga. Diameternya 6,5 sentimeter dengan tinggi 6,5 sentimeter.

4. Lempengan Harihara
Ditemukan di Belahan, Penanggungan, Jawa Timur. Usianya diperkirakan sejak 10 Masehi. Dengan panjang 10,5 sentimeter dan lebar 5,5 sentimeter, lempengan ini dibuat dari campuran perak dan emas. Ada relief Harihara yang sedang berdiri di atas teratai ganda. Hirahara digambarkan berkucir ke atas dengan hiasan bunga mekar.

Tangan kanan diletakan di atas tangan kiri di depan perut. Di belakang kepalanya ada hiasan sinar dewa dengan lidah api dan titik-titik. Lengannya mengenakan gelang motif bunga dan ada anting bulat. Kain yang dikenakannya sebatas lutut dan mengenakan sampur semacam selendang di kanan kiri.

Keempat artefak yang hilang berada di dalam satu buah lemari kaca yang dipajang di ruang Kasana, lantai dua gedung lama museum yang memiliki semboyan 'Untuk Kepentingan Umum" atau Ten Nutte Van Het Algeemeen itu.

Museum Nasional sendiri dibangun pada 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda di lokasi yang dulu dikenal dengan Koningsplein West (kini Jalan Medan Merdeka Barat 12) di atas lahan seluas 26.500 meter persegi.
Museum ini menyimpan 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari Klik koleksi pra sejarah, arkeologi, numismatik, heraldik, keramik, etnografi, sejarah dan geografi.

Pada tahun 1871, Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand berkunjung ke museum ini dan memberikan hadiah sebuah patung gajah perunggu yang kemudian dipajang di halaman depan museum dan seiring waktu, masyarakat mengenal Museum Nasional dengan nama Museum Gajah atau Gedung Gajah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini