TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I Nurul Arifin mengaku pihaknya masih mempertimbangkan surat penolakan perkumpulan pelajar Indonesia (PPI) Jerman tehadap Fauzi Bowo. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon Duta Besar RI di Jerman.
"Ya bisa, tapi semua rekomendasi, semua masukan akan kami bawa ke forum. Penolakan hal yang biasa," kata Nurul di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Nurul mengatakan dalam melakukan uji kepatutan dan kelayakan terhadap Foke, pihaknya tidak hanya mempertimbangkan surat tersebut. Terpenting, kata Nurul, kemampuan Foke sebagai wakil Indonesia di negara yang dipimpin Kanselir Angela Merkel itu.
"Lebih baik subtansinya saja apakah yang bersangkutan itu menguasai atau tidak. Pastinya banyak pertimbangan dari pemerintah mengirimkan yang bersangkutan ke Jerman," ujarnya.
Sebelumnya, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman meminta pencalonan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo alias Foke sebagai duta besar RI untuk Jerman dipertimbangkan. Foke dinilai tidak memenuhi kriteria yang layak untuk mengemban tugas sebagai dubes RI.
Pandangan itu disampaikan melalui surat elektronik yang diterima, Selasa (17/9/2013). Surat tersebut ditandatangani Ketua PPI Jerman Hartono Sugih dan Sekretaris Jenderal Wonny N R Utami tertanggal 16 September 2013.
Dalam pandangannya, PPI Jerman menyinggung kampanye hitam berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) ketika Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 2012. PPI Jerman menganggap Foke terlibat dalam kampanye berbau SARA yang menyerang Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.
"Apa yang dilakukan Fauzi Bowo jelas bertentangan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana mungkin seorang yang pernah tidak menjunjung tinggi nilai keragaman dipilih dan dicalonkan sebagai dubes RI dan menjadi representasi NKRI di kancah internasional?" tulis PPI Jerman.