TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konvensi yang dilakukan Partai Demokrat akan menjadi preseden buruk karena tidak berani mengundang semua tokoh potensial dan hanya untuk kepentingan sesaat saja.
"Padahal mestinya didedikasikan untuk seluruh rakyat Indonesia, demi rakyat dan untuk rakyat. Itu yang semestinya dilakukan Partai Demokrat dan SBY sebagai penggagas konvensi,’’ ujar Didied Mahaswara, Ketua Umum The President Center, di Gedung DPR, Rabu (18/9/2013).
Menurutnya ada lima hal buruk dari konvensi tersebut. Pertama, para capres konvensi Partai Demokrat adalah figur-figur kompromistis yang bisa menjalani kepentingan politik pihak asing khususnya Amerika.
Kedua, syarat yang ditetapkan bahwa setiap tokoh yang ikut konvensi harus keluar dari partai politik dan harus bergabung di Partai Demokrat akan menyebabkan terjadinya stigma bahwa tokoh tersebut merupakan kutu loncat (avonturir). Apalagi kalau ternyata tokoh tersebut kalah dalam konvensi, sehingga reputasinya di politik akan rusak dan sulit dipercaya.
Ketiga, konvensi tersebut merupakan konvensi setengah hati karena tidak berani mengundang semua kalangan yang sebenarnya memiliki kompentensi sebagai calon presiden. Hal ini antara lain bisa menimbulkan perlawanan yang mengakibatkan berbagai pihak membuat konvensi serupa seperti konvensi rakyat atau konvensi terbuka.
Keempat, konvensi Partai Demokrat tersebut mengabaikan kesetaraan kaum perempuan dan emansipasi kaum perempuan dalam politik dan demokrasi. Ke sebelas capres Partai Demokrat dimonopoli oleh kaum pria.
Didied khawatir, konvensi capres Partai Demokrat hanya untuk menyenangkan pihak asing khususnya Amerika, sebab yang diundang hanya figur-figur kompromistis dan yes man.
‘’Tokoh seperti Dr Rizal Ramli dan Jenderal (Pur) Joko Santoso tidak berani mereka undang,’’ kata Didied.
Kelima, mestinya panitia konvensi bersikap transparan menyatakan secara terbuka kepada publik dari mana sumber dana untuk konvensi tersebut, sehingga tidak menimbulkan spekulasi karena sebelumnya kongres Partai Demokrat di Bandung beberapa waktu yang lalu diduga dipenuhi dengan aroma permainan uang.(js)