TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vanny Rossyane dan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana dianggap sebagai orang-orang yang memiliki niat untuk memberantas praktik-praktik narkotika di dalam lembaga pemasyarakatan, termasuk kasus terakhir pengungkapan pabrik narkoba milik Freddy Budiman.
Baik Vanny dan Denny Indrayana pun saling memberi dukungan.
"Vanny memberikan informasi, Denny yang eksekusi. Sesuai dengan apa yang tim khusus Kemenkumham lakukan memberantas praktik narkoba di lapas, seperti penemuan pabrik sabu dan pemecatan kepala lapas," kata Kuasa Hukum Vanny, Windu Wijaya kepada Tribunnews, Sabtu(21/9/2013).
Bahkan, kata Windu kedua orang tersebut dijuluki duet maut, karena Vanny ataupun Denny sama-sama mendukung pembersihan di lapas.
"Vanny dan Denny itu duet maut," ujarnya.
Karena hal itulah lanjut Windu, dirinya meminta kepada Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana segera temui Vanny dan memberikan perlindungan. Ketimbang nantinya kata Windu semua terlambat dan Vanny berakhir kehidupannya alias meninggal dunia mengungkap segala praktik kejahatan di dalam lapas.
"Kalau Denny ingin terus perbaiki sistem, harus manfaatkan Vanny, lindungi Vanny. Vanny akan lebih kuat kalau dilindungi," ujar Windu.
Sebelumnya, Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana heran atas tindakan Polri mengkriminalisasi model majalah pria dewasa, Vanny Rossyane.
Denny menyebut, Polri seharusnya merehabilitasi dan melindungi Vanny. Bukan justru malah mengkriminalisasi whistle blower mafia narkoba Freddy Budiman.
Denny menegaskan, Vanny bisa disebut whistle blower yang perlu mendapat perlindungan.
Denny mengenal Vanny karena membantu Kemenkumham membongkar praktik bebas pakai narkoba dan bercinta di LP Narkoba Cipinang. Dari mulut Vanny terbongkar fasilitas istimewa Freddy Budiman dan tempat nyabu.