TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penunjukan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III DPR, menggantikan Pasek Suardika, membuat popularitas Partai Demokrat melambung. Ditambah, sebagian anggota Komisi III menolak Ruhut menjadi ketua mereka.
Ditemui di kediamannya usai nonton bareng laga final Indonesia kontra Vietnam dalam ajang Piala AFF U-19, Minggu (22/9/2013) malam, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mengaku tidak mengetahui apa arti fenomena di atas.
"Saya tidak tahu artinya (Pasek digantikan Ruhut). Tapi, ini salah satu pergantian komisi paling populer di Indonesia. Paling alotnya sama seperti pertandingan malam ini," ucap Anas sambil menambahkan pengalaman Ruhut harus diuji dulu.
Ketika ditanya kembali apakah Demokrat telah melakukan blunder dengan menempatkan Ruhut menjadi pengganti Pasek sampai menimbulkan polemik di publik, Anas mengamininya jika tujuan yang ditempuh adalah aspek popularitas.
"Kalau (Partai Demokrat) mencari popularitas, targetnya tercapai. Tapi, kalau positif, perlu disurvei. Pergantian memang kewenangan partai. Tapi, publik yang menilai baik atau tidak, elegan atau tidak prosesnya," tambahnya.
Deklarator ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia tak menampik, pencopotan Pasek dari jabatannya sebagai Ketua Komisi III, dan Saan Mustopa sebagai Sekretaris Fraksi Demokrat di DPR, tak elegan.
Kalau pergantian Pasek dan Saan karena pertimbangan tidak loyal terhadap partai, Anas tidak setuju. Menurutnya, baik Pasek dan Saan, justru adalah dua kader Demokrat yang loyal terhadap partai, cakap, dan berprestasi.
Salah satu pertimbangan DPP Partai Demokrat mengganti keduanya dari jabatan struktural fraksi, adalah karena terlibat dalam ormas PPI bentukan Anas, yang dideklarasikan bersama Konvensi Capres Demokrat, pada 15 September 2013. (*)