Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hasanuddin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini tengah mengusut kasus dugaan suap Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) yang menyeret nama Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. Rudi tertangkap lantaran diduga menerima suap dari PT Kernell Oil Pte Ltd Indonesia.
Praktisi Migas, Maman Abdurrahman membantah tudingan miring yang menyebutkan SKK Migas tak memiliki jiwa nasionalis.
"Publik sekarang malah sikat SKK Migas. Justru SKK Migas itu perlu diperkuat. Nasionalisme para pegawai SKK Migas tidak perlu di pertanyakan," kata Maman ketika menjadi pembicara dalam seminar "Revolusi Energi" di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Kamis (3/10/2013).
Maman mencontohkan, banyak pegawai SKK Migas yang tadinya bergaji Rp 50 juta, namun mereka mau pindah ke SKK Migas dengan gaji Rp 30 juta. Maman menyebut, satu di antara faktor pendorong itu adalah semangat nasionalisme.
"Menurut saya itu nasionalisme, cinta negara. Kemudian harus sikat lagi mereka apa tidak terjadi demoralisasi," ungkapnya.
Maman menuturkan, masalah yang terjadi saat ini adalah, SKK Migas yang tugasnya sebagai pengontrol, para tenaga ahlinya malah kalah dari orang yang dikontrol.
"Ini jadi problem, kenapa kita tidak bisa mengoptimalkan. Kalau memang mau, ya bikin dewan pengawas. Naikkan 3 kali lipat, menurut saya akan mengurangi kemungkinan korupsi," ujarnya.