TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Golkar menyatakan elektabilitas tetap tinggi meskipun tanpa kehadiran Ratu Atut Chosiyah. Atut merupakan kader Golkar dengan dinasti politiknya merajai wilayah Banten.
"Tanpa Atut, Golkar Banten tetap kuat. Memang ada kekecewaan, marah, dan efek, tapi kalau tsunami enggak, hanya goncangan-goncangan saja," kata Ketua DPP Golkar Agus Gumiwang di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (11/10/2013).
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah diperiksa KPK pada hari ini sebagai saksi kasus dugaan suap Rp 1 miliar sengketa Pemilukada Lebak, yang melibatkan adik kandungnya, Tubagus Chairy Wardana alias Tubagus Wawan alias Wawan.
Agus mengatakan saat disurvei pada tahun 2007, Ratu Atut menempati peringkat tertinggi. Sehingga tidak ada alasan bagi Golkar untuk tidak mencalonkan Atut.
Mengenai dinasti politik, Agus mengatakan pada Tahun 2007 belum terbentuk dinasti Ratu Atut.
"Tapi perjalanan kemudian terbentuk suasana seperti itu di Banten, terkait dengan politisi dinasti," imbuhnya.
Wakil Ketua Komisi I menegaskan tidak setuju dengan politik dinasti. Namun, hal itu tidak bisa menghilangkan hak politik seseorang.
"Tapi ada caranya harus dilakukan lebih baik, sehingga legitimasi dari yang kita sebut orang itu tidak jadi pertanyaan masyarakat, jadi kapabilitas kompetensi juga diperhitungkan," kata Agus.
Mengenai Tubagus Chairy Wardana, Agus mengatakan suami Airin itu menjabat sebagai Ketua AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar). Agus mengatakan Wawan aktif berorganisasi tetapi tidak pernah menawarkan diri jadi caleg. "Saya tidak pernah menawarkan dia jadi caleg," katanya.
Diketahui, Walikota Cilegon Tubagus Iman Aryadi dan Bupati Tangerang Ahmad Zaki diluar dinasti Atut.
"Dikit sih, tapi ada kan. Hahaha. Wajar kalau pepatah katakan, semakin kencang pohon, semakin kencang angin. Dinasti Atut pohon sangat tinggi, kalau ada kelompok lain walaupun di internal Golkar yang berbeda pandangan, tidak ada masalah," tuturnya.