TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komunikasi politik yang dilakukan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berada di posisi rendah. Megawati kalah dari kader PDI Perjuangan Joko Widodo. Demikian hasi riset Lembaga Demokrasi Bertanggungjawab (LDB).
"Megawati sebagai ketua partai politik dan presiden. Komunikasi politik Megawati sangat jelek," kata Direktur LDB Prof Tjipta Lesmana dalam diskusi di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (6/11/2013).
Tjipta mengatakan sebagai pemimpin harus berbicara dengan rakyat secara jelas. "Tidak boleh understanding. Mega ditanya sering senyum tidak ada artinya," kata Tjipta.
Tjipta mengatakan komunikasi politik harus dibicarakan di ruang publik. Selain itu, komunikasi politik membuat mengerti lawan bicaranya.
"Megawati selalu pakai high conteks, senyum, jarang ngomong, kami riset tidak ada sentimen, Ibu Mega jarang problem solving ini kelemahan utama," ungkapnya.
Sementara itu, Jokowi menempati peringkat teratas dalam hal komunikasi politik. Meskipun sisi humor, Jokowi tidak ada.
"Body language engga ada, tetapi bisa menempel dengan masyarakat. Bicara sederhana, tapi langsung problem solving. Dia to the point langsung apa adanya," katanya.
Menanggapi riset tersebut, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat TB Hasanuddin menilai hasil itu versi Tjipta Lesmana.
"Kalau ditanyakan ke saya dan kader ya Bu Mega paling baik, selesai. Kita enggak usah diperadukan, belum tentu diluar kenyataan seperti itu," ungkap Hasanuddin.
Diketahui urutan tokoh yang bagus dari sisi komunikasi politik adalah; Jokowi (skor 85), Jusuf Kalla (JK) skor 81, Prabowo Subianto ( skor 78), Anies Baswedan (skor 75), Surya Paloh (skor 73), Gita Wirjawan (skor 70), Aburizal Bakrie (skor 68), Wiranto (skor 67), Dahlan Iskan (skor 65), Megawati Soekarno Putri (63) dan Pramono Edhie (skor 63).
Menurut Direktur Eksekutif LDB, Prof Tjipta Lesmana, adapun masing-masing parameter yang diberikan adalah pada bobot, konteks kejelasan, pesan, bahasa non verbal, penampilan, kualitas suara, dan rasa humor.
"Dengan sumber komunikasi yang diteliti Youtube, pidato, jumpa pers, wawancara dengan televisi, percakapan dengan masyarakat," katanya.
Dijelaskan bahwa peneliti mendengarkan secara cermat setiap pernyataan pidato atau talk show calon dan menganalisis tiap parameter dan memberikan skor. Penelitian dilaksanakan 1 September 25 Oktober 2013.