TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, menilai adalah tidak mungkin pemerintah Australia akan mengklarifikasi atas dugaan Badan Intelijen Australia menyadap percakapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istrinya, Ibu Ani Yudhoyono, dan sejumlah menteri di kabinet.
Apalagi, menurutnya, kalau melihatnya dari intelijennya, penyadapan tidak ada masalah. Tetapi masalahnya adalah bagaimana kalau ketahuan, bagaimana kalau terungkap. Dan itu sudah dipahami bahwa kalau aksi penyadapan tersebut terungkap, maka berbagai reaksi akan muncul, seperti sekarang ini terjadi.
"Kalau terungkap seperti sekarang ini akan merenggangkan hubungan dua negara, bahkan seperti sikap Indonesia menarik mundur duta besar. Itu adalah sesuatu hal yang harusnya dilakukan dan intel sudah tahu betul akibat dari ini semua," jelas Adrianus melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Senin (17/11/2013).
Menurutnya pula, Australia sudah memahami sanksi yang bisa diterima kala aksi penyadapan oleh mata-mata intelijen Australia terhadap sejumlah pejabat tinggi Indonesia termasuk Presiden SBY.
"Australia sudah siap menghadapi kalau Indonesia marah, kalau menarik duta besar, meninjau program. Ya itulah risiko kalau melakuan tindakan intelijen," tuturnya.