News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Australia Menyadap

Ingin Temui Snowden, Tantowi dan Najib Lobi Kedutbes Rusia

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Edward Snowden

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siang ini, Rabu (27/11/2013) politisi Golkar Tantowi Yahya bersama dengan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Muhammad Najib akan menyambangi Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Maksud kedatangan kedua politisi yang juga anggota Komisi I DPR ini ke Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, tak lain untuk menindaklanjuti rencana bertemu dengan Edward Snowden.

"Jam 11.30 WIB ini saya dan mas Najib (PAN) diterima dubes Rusia di kedutaan mereka untuk menindaklanjuti pembicaraan kami beberapa hari lalu. Terkait,  tehnis pertemuan dengan Snowden di Rusia," ujar Tantowi.

Diberitakan sebelumnya, Komisi I DPR berencana memanggil Edward Snowden terkait kabar penyadapan yang dilakukan Australia. Hal itu dilakukan agar komisi bidang pertahanan dan luar negeri itu mendapatkan penjelesan detail mengenai penyadapan tersebut.

"Kita upayakan komisi I ketemu Snowden di Moscow, kita yang upayakan. Komisi I kan mitra pemerintah," kata Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang beberapa waktu lalu.

Agus mengatakan sikap pemerintah sudah cukup dengan memanggil pulang Duta Besar Indonesia di Australia dan mengevalasi kerjasama dengan Australia.

"Paling rugi pihak Australia, bukan kita. Melihat besarnya kepentingan ekonomi mereka," katanya.

Badan mata-mata Australia diberitakan menyadap telepon Presiden SBY, Ani Yudhoyono istrinya, dan sejumlah menteri dalam kabinet SBY.

Demikian laporan sejumlah media asing dari sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan whistleblower asal AS, Edward Snowden, yang berada di tangan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan harian Inggris The Guardian.

Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate, melacak kegiatan Yudhoyono melalui telepon genggamnya selama 15 hari pada Agustus 2009, saat Kevin Rudd dari Partai Buruh menjadi Perdana Menteri Australia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini