TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto prihatin dengan sikap Australia yang menyadap percakapan para pejabat tinggi di Indonesia. Menurutnya, sebagai negara sahabat, Australia tidak etis melakukan hal tersebut.
"Jadi kita tentunya prihatin ada negara sahabat menyadap pimpinan kita," kata Prabowo di Aula Fakultas Kedokteran UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2013).
Prabowo mengatakan, tidak dapat dipungkiri aksi saling sadap kerap terjadi antarnegara. Menurutnya, yang utama adalah para pejabat-pejabat Indonesia harus lebih waspada.
"Sebaiknya hindari pembicaraan sensitif melalui telepon," ujar Prabowo.
Sebelumnya diberitakan badan mata-mata Australia menyadap telepon Presiden SBY, Ani Yudhoyono istrinya, dan sejumlah menteri dalam kabinet SBY. Demikian laporan sejumlah media asing dari sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan whistleblower asal AS, Edward Snowden, yang berada di tangan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan harian Inggris The Guardian.
Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia, Defence Signals Directorate, melacak kegiatan Yudhoyono melalui telepon genggamnya selama 15 hari pada Agustus 2009, saat Kevin Rudd dari Partai Buruh menjadi Perdana Menteri Australia.