Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anas Urbaningrum pernah memberi peringatan kepada semua pihak, dalam pidato pengunduran dirinya sebagai kader dan Ketua Umum Partai Demokrat, 23 Februari 2013.
Kala itu, Anas menegaskan penguduran dirinya itu bukanlah akhir dari segalanya. Peristiwa itu, justru sebagai permulaan baru politiknya atau ia sebut "halaman pertama".
Menurut Anas saat itu, masih banyak "halaman-halaman" kisah berikutnya yang bakal "dibuka" dan "dibaca" bersama.
Saat mengunjungi kantor Tribun, Selasa (3/12/2013), Anas menceritakan latar belakang pernyataannya yang satu itu. "Oh iya memang lembarannya ada lagi," kata Anas.
Secara sederhana, kata dia, kalimat pidatonya yang satu itu disampaikan karena ingin memberikan "kalimat bertenaga". Itu sebagaimana ilmu pidato yang ia ketahui.
Selain itu, sambung Anas, kalimat itu disampaikan karena ingin memberikan pernyataan menarik, sehingga memudahkan awak media dalam menulis pemberitaan terkait pidatonya.
Terlepas dari itu, terusnya, lembaran baru yang dimaksud dalam pidato itu adalah bentuk komitmen pribadi setelah dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang oleh KPK.
Ia menuturkan, status tersangka tersebut diawali serangkaian peristiwa nonhukum, termasuk hikayat internal Partai Demokrat.
"Saya pahami (penetapan tersangka) itu punya kaitan erat dengan dinamika internal Demokrat. Pada saat itu Anas tidak mati, itu bukan tutup buku. Boleh ada yang menganggap itu tutup buku, tapi saya menganggap itu adalah buku baru. Dan buku baru tersebutm saya mulai pada hari itu sebagai halaman pertama. Tentunya, berikutnya adalah halaman kedua, ketiga, dan seterusnya," papar Anas.
Anas meyakini, masih panjang perjalanan hidupnya pasca-pengunduran dirinya di hari itu, termasuk terkait kasusnya. Dan hal itu akan tertuang dalam halaman berikutnya.
Anas menuturkan, tidak mempersoalkan kalau banyak pihak menafsirkan bahwa "halaman berikut" dari dirinya nanti diartikan sebagai "buka-bukaan".
Namun, ia meyakinkan, "buka-bukaan" dari dirinya kelak adalah bagian dari upaya untuk mencari keadilan dan kebenaran terkait kasus yang menjeratnya. Dan "buka-bukaan" dari dirinya itu bukanlah bertujuan untuk menyerang pihak luar.
"Kalau buka-bukaan itu atau menyampaikan informasi yang saya tahu dalam konteks saya mencari keadilan, itu adalah bagian dari proses yang harus ditempuh. Tapi, saya tidak punya tendensi untuk menyerang orang," kata Anas.
"Tapi, kalau yang saya sampaikan (nanti) itu bermakna penyerangan atau menyerempet, itu konteksnya dalam rangka saya mencari dan menemukan keadilan," tandasnya.
Bagi Anas, lembaran berikut dari dirinya kelak bisa ditafsirkan berbagai macam. "Kalau mau ditafsirkan PPI (ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia) sebagai halaman berikutnya, itu juga bisa," tukasnya.