News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Walhi: Pengerukan Pasir di Subang Bisa Merusak Biota Laut

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DAM RAKSASA - Pembangunan Dam Raksasa di Belanda guna meredam air laut naik ke daratan. Langkah ini juga akan dilakukan pemerintah provinsi DKI.

TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi Jabar) perwakilan Subang, Karawang, dan Purwakarta mengecam kegiatan pengerukan pasir laut Jawa di wilayah Subang untuk megaproyek great sea wall Jakarta. Aktivis Walhi Jabar, Cece Rahman mengatakan aktivitas tersebut bisa merusak biota laut dan menurunkan kualitas air laut.

"Aktivitas kapal yang menyedot pasir membuat penurunan kualitas air laut sehingga mengganggu biota laut," ujar Cece kepada Tribun, Kamis(26/12/2013).

Tidak hanya itu, kata Cece, aktivitas penambangan ini pun akan menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai.

"Kita tahu di pantura Subang ini sedang dilanda abrasi setiap tahun. Adanya aktivitas penambangan ini ini akan memperparah abrasi di pantura," katanya.

Cece mengatakan, kerusakan biota laut akan berdampak pada berkurangnya ikan di sekitar perairan tersebut.

"Pasir di dalam laut ini kan disedot, otomatis ikan tangkapan nelayan ini akan berkurang. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, tidak hanya pasir yang diisap, ikan-ikan di dalam laut juga akan terisap. Artinya, nelayan pun tidak akan mendapatkan ikan lagi," ujarnya.

Dadan Sudana juga mengakui pertambangan pasir laut akan mempengaruhi kondisi lingkungan ekosistem laut. Hanya saja, Dadan memastikan persentase kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir laut ini lebih kecil dibanding keuntungannya.
"Kalau banyak negatifnya, sedari awal kami tidak akan melakukan rencana ini," ujarnya.

Tidak hanya itu, kata Dadan, dampak penambangan ini akan berpengaruh terhadap terganggunya lalu lintas laut karena aktivitas distribusi hasil pasir laut.

"Itu bisa terjadi. Bahkan, ini juga akan membuat terganggunya kabel bawah laut," ujarnya.

Ia juga mengakui bahwa dampak dari penambangan ini akan membuat nelayan tidak bisa mencari ikan lagi. Namun, ia mengaku sudah memiliki solusi untuk mengantisipasinya.

"Kami akan berikan pelatihan wiraswasta di berbagai bidang usaha bagi nelayan yang aktivitas mencari ikannya terganggu. Kami juga akan libatkan nelayan yang aktivitasnya terganggu dalam operasional penambangan dan memberikan kompensasi bagi nelayan yang rumponnya terganggu," kata dia.

Karena berdampak besar pada kehidupan nelayan di pantura atas penambangan pasir laut, pihaknya juga berjanji akan memberikan kompensasi pada para nelayan dan warga sekitar pantai.

"Kami akan berikan dana bergulir, CSR (corporate social responsibility, Red) hingga pemulihan lingkungan pascapenambangan," ujarnya.

Sebelumnya, pasir laut di Laut Jawa wilayah Subang bakal dikeruk. Luas lahan pengerukan diperkirakan mencapai 6.731 hektare. Pengerukan akan mencapai kedalaman 10-30 meter di laut. Penambangannya berada di kawasan pantai sekitar 1,4 km dan terjauh sepanjang 6 km.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Subang bekerja sama dengan PT Tri Yudo Kencana untuk merealisasikan rencana penambangan tersebut. Pasir-pasir itu akan diangkut ke Jakarta untuk keperluan pembangunan great sea wall (tembok penahan ombak) di Teluk Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini