News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rizal Ramli Versus SBY

Rizal Ramli: Saya tak Punya Konflik Pribadi dengan SBY

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli (tengah), didampingi tim pengacara yang tergabung dalam tim hukum pengawal demokrasi dan kebebasan berpendapat diketuai oleh Otto Hasibuan, melakukan jumpa pers terkait somasi yang dilayangkan oleh pengacara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di Jakarta Pusat, Senin (27/1/2014). Rizal Ramli mengaku tidak takut dan khawatir dengan somasi yang dilayangkan pengacara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Palmer Situmorang. Somasi itu dilayangkan menyusul tudingan Rizal kepada SBY. Disebutkan, ada gratifikasi jabatan yang diberikan kepada Wakil Presiden Boediono atas dana talangan Bank Century. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui kuasa hukumnya melayangkan surat somasi kepada mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan, Rizal Ramli. Somasi dilakukan karena Rizal menuding adanya gratifikasi jabatan yang diberikan kepada Wakil Presiden Boediono atas bailout Bank Century.

Namun, Rizal Ramli membalas somasi itu dengan permintaan klarifikasi tentang status kuasa hukum SBY. Rizal menceritakan, mulanya dia dan SBY adalah bersahabat. Persahabatan itu dimulai ketika Rizal turut membantu SBY sebagai tim sukses pada kampanye Pemilu Presiden 2004.

"Tadinya saya itu turut membantu menjadi Tim Sukses Wiranto dan Gus Dur. Lalu, saya dihubungi sama Pak SBY, saya diminta bantu dia," ujar Rizal di Jakarta, Senin (27/1/2014).

Namun, dalam perjalanan perpolitikan Indonesia, perbedaan pandangan atau perselisihan itu muncul, khususnya mengenai cara pandang sistem ekonomi.

"Enggak ada, saya enggak ada persoalan pribadi dengan dia. Ini lebih banyak pada cara pandang ekonomi. Dia ekonominya neo liberalisme, sementara saya selalu memperjuangkan ekonomi yang konstitusional. Saya selalu melawan ekonomi yang neolib, yang menjadi awal masuknya kolonialisme baru," paparnya.

Menurut Rizal, dia dua kali hampir dipenjarakan oleh SBY karena dianggap berseberangan pendapat dengan pemerintah. Pertama, saat unjuk rasa penolakan kenaikan BBM pada 2008 dan kedua, saat adanya tuduhan dirinya sebagai pihak yang akan melakukan kudeta pada 18 Maret 2012.

Pada saat demonstrasi penolakan kenaikan BBM itu, Rizal bersama mahasiswa dan NGO berunjuk rasa dengan desakan pemberantasan KKN atau mafia migas di sektor Migas sebelum menaikkan harga BBM.

"Seminggu sebelumnya saya ada kegiatan di Cirebon, tapi seminggu kemudian, direkayasa, diumumkan bahwa pembakaran dua mobil di depan kampus Atmajaya saya mengotaki, sehingga saya mau ditangkap, lalu saya diperiksa polisi berhari-hari. Tapi, ternyata itu tidak terbukti," ujarnya.

Yang kedua, Rizal mengaku pernah dituduh sebagai otak yang akan melakukan kudeta pemerintahan SBY pada 2012. Menurutnya, ketika itu SBY melakukan pertemuan dengan beberapa menteri, jenderal TNI dan beberapa pemimpin media massa. SBY memberitahukan mereka akan ada kudeta pemerintahan oleh Rizal.

"Dia waktu itu ketakutan karena teman-teman makin kritis, kami demo. Dia meneruskan pesan itu ke pemred-pemred, menteri-menterinya juga dikasih tahu, dan disebutkanlah nama saya," kata Rizal.

"Beliau sangat paranoid, galau. Informasi (kudeta) itu tidak mungkin dilakukan oleh sipil tapi yang bisa itu pihak yang memiliki senjata. Begitu paranoidnya dia sehingga sikap kritis dianggap kudeta," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini