TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Somasi yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui kuasa hukumnya Palmer Situmorang terhadap Rizal Ramli hanya membuat rakyat semakin tidak simpatik.
Peneliti Senior Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, mengungkap somasi dalam merespon tudingan mantan Menteri Perekonomian era Presiden Gus Dur itu soal adanya gratifikasi jabatan Wapres bagi Boediono yang telah berhasil melakukan bail out Bank Century senilai Rp6,7, justru memunculkan sentimen negatif.
"Somasi yang dilakukan Palmer Sitomorang atas nama SBY dan keluarga terhadap Rizal Ramli di satu sisi memang merupakan hak warga negara. Akan tetapii sisi lain, somasi dilakukan justru akan menimbulkan sentimen negatif terhadap SBY sendiri," ujar Karyono, Jumat (31/1/2014).
Somasi yang dilayangkan SBY terhadap Rizal Ramli, lanjutnya, dikhawatirkan justru memberikan stimulan memperbesar gerakan perlawanan masyarakat terhadap SBY.
"Baru somasi awal saja sudah mendapat perlawanan keras apalagi nanti jika banyak pihak yang akan disomasi kemungkinan akan terjadi perlawanan balik yang lebih keras kepada SBY dan keluarga. Buktinya, Rizal Ramli saja sudah didukung oleh ratusan pengacara yang siap menghadapi somasi SBY, nanti kalau banyak pihak yang disomasi, bisa lebih besar lagi perlawanannya," ungkapnya.
Dirinya kemudian meminta kepada Presiden SBY untuk lebih fokus untuk menyelesaiakan pekerjaannya yang masih banyak belum tergarap hingga menjelang berakhirnya masa jabatannya. Daripada harus merespon pernyataan atau kritikan dari berbagai kalangan yang menyangkut dirinya.
"Ingat, dari berbagai hasil survei, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja SBY kian menurun. SBY perlu hati-hati. Jangan sampai somasi dilakukan justru akan melahirkan gerakan reformasi jilid II. Bayangkan, bila seandainya semua kelompok kritis di somasi maka SBY bisa dicap sebagai pemimpin yang anti kritik. Maka hal ini bisa membangkitkan semangat perlawanan yang lebih besar," pungkas Karyono.