News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisudawan Tertua Unpad: Hermain Tetap Semangat Belajar di Usia 91 Tahun 7 Bulan

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hermain Tjiknang berfoto bersama keluarganya usai mengikuti wisuda di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran.

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah

SOSOK Hermain Tjiknang menjadi sorotan dan tidak sedikit hadirin yang berdecak kagum pada prosesi Wisuda Lulusan Gelombang II Unpad Tahun Akademik 2013/2014, di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Selasa (3/2/2014).

Bukan karena saat wisuda, Hermain menggunakan kursi roda, tapi ketika diumumkan bahwa usia Hermain sudah mencapai 91 tahun lebih 7 bulan. Hermain menjadi wisudawan paling tua pada prosesi tersebut. Meski begitu, semangatnya terlihat saat ia ditanya oleh wisudawan lain. Sesemangat keinginannya untuk tetap bisa mengajar.

Tercatat, Mooryati Soedibyo adalah peraih gelar doktor tertua di Indonesia menurut Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) ketika lulus S3 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 2007.

Di Unpad, pada wisuda tahun 2010, Siti Maryam Salahuddin juga meraih gelar doktor pada usia 83 tahun. Melihat catatan tersebut, bisa jadi Hermain adalah peraih gelar doktor tertua di Indonesia saat ini.

Namun bukan itu saja yang membuatnya menarik perhatian, tapi semangatnya yang bisa dicontoh dari sosok lelaki kelahiran Muntok, Bangka, 26 Juni 1922 ini. Bukanlah mudah di usia 90 tahun menyelesaikan disertasi.

Bahkan disertasinya yang berjudul "Perlindungan Hukum Atas Pekerja Alih Daya (Outsourcing) Berdasarkan Keadilan dalam Perselisihan Hubungan Industrial Akibat Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak", sampai tujuh kali direvisi oleh promotor. Tapi karena semangatnya, akhirnya ia berhasil menyelesaikan program Doktornya dalam waktu lima tahun.

"Sebenarnya banyak kendala, tapi karena saya memang ingin mempertahankan disertasi ini, akhirnya selesai juga," katanya ditemui seusai wisuda, kemarin.

Menurut lelaki yang masih aktif bertugas sebagai dosen di STIH Pertiba, Pangkalpinang ini, menuntut ilmu tidak terbatas usia. Selagi keinginan masih ada, usia bukanlah halangan untuk memperdalam ilmu. Terlebih sebagai dosen, ia merasa sudah kewajibannya untuk mendapatkan ilmu lebih banyak untuk dibagi kepada mahasiswanya.

"Usia boleh tua, tapi belajar tidak ada batasan," kata lelaki yang meraih gelar Doktor pada Sidang Terbuka Promosi Doktor pada 17 Januari 2014 lalu ini.

Karena masih ingin membagi ilmu inilah, Hermain masih menyempatkan datang ke kampus untuk mengajar Ilmu Hukum untuk mahasiswa sarjana dan magister. Tiga kali dalam seminggu, ia mengajar di perguruan tinggi yang juga didirikan oleh Hermain bersama rekan-rekannya di tahun 1982 tersebut.

Merasakan masih haus akan ilmu jugalah, yang membulatkan tekadnya untuk mengambil doktor Ilmu Hukum di Unpad. Ia harus berkuliah hingga menyeberang pulau karena ia bersama keluarga telah menetap di Bangka. "Saya sudah cinta dengan dunia pendidikan," kata lelaki asal Palembang ini.

Sakit jantung yang dialaminya itu sempat pula membuatnya harus masuk intensive care unit (ICU) rumah sakit saat dia tengah menyusun disertasi. "Gara-gara stres karena flash disk naskahnya dikira hilang," kata putri sulungnya, Suzanna Indrawati. Data itu ternyata berada di tangan asistennya.

Kecintaannya terhadap dunia pendidikan sudah ditunjukkan saat masa penjajahan Belanda. Ia sempat mengajar pejuang-pejuang. Karena baginya, dengan pendidikan, Indonesia bisa menjadi negara merdeka dan maju.

"Pendidikan, mencari ilmu itu harus. Apalagi buat generasi muda, agar Indonesia maju," kata suami dari Federika Henderika dan ayah dari lima anak ini.

Ia mengaku sedih bila ada generasi muda yang tidak semangat bersekolah. Karena saat ini ia melihat menuntut ilmu jauh lebih baik dan lebih mudah. Dengan kemajuan teknologi, seharusnya generasi muda semakin semangat.

"Pendidikan sekarang jauh lebih baik dari sistem pendidikan pada zaman kolonial dulu, jadi harusnya lebih semangat," katanya.

Yashinta, anak Hermain yang menemani wisuda ayahnya mengaku bangga. Meski terkadang ia tidak tega melihat ayahnya menyusun disertasi hingga larut malam. "Ayah saya sudah tua, tapi sampai malam masih nyusun disertasinya, kadang suruh istirahat, nanti dulu katanya, karena pengen cepat selesai," katanya.

Ia juga tidak bisa menahan keinginan ayahnya yang masih ingin terus mengajar. Karena ia sudah memahami karakter ayahnya yang sudah mencintai dunia pendidikan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini