TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono tiba di makam seorang dari Wali Songo, Sunan Drajat, di Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014).
Presiden SBY, Ani Yudhoyono dan rombongan tiba di lokasi makam penyebar agama Islam pertama di tanah Jawa itu pukul 22.20 WIB.
Setibanya di depan makam Sunan yang terkenal akan kedermawannya ini, SBY langsung disambut ratusan warga dan para peziarah yang sudah sejak magrib tadi menanti.
Turun dari mobil, SBY pun langsung menyapa warga dengan menyalami dan bertutur sapa. Ibu Negara terlihat juga menyalamai warga. Tak lama berselang, SBY, Ani Yudhoyono dan rombongan pun bergerak masuk ke dalam lokasi Makam Sunan Drajat.
Selepas memasuki gerbang Makam, SBY dan rombongan disambut pengurus Makam dan pejabat setempat. Hingga berita ini diturunkan Presiden SBY dan rombongan masih berada di dalam makam untuk berziarah dan dzikir bersama ratusan jamaah Majelis Dzikir Nurussalam.
Sementara itu, tampak warga di depan makam masih tetap setia menanti Presiden SBY. Adapun rombongan SBY adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Kepala BIN Marciano Norman dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.
Sunan Drajat
Sebagai informasi diketahui Sunan Drajat mempunyai banyak nama, diantaranya adalah Raden Qasim atau Kasim, Masaikh Munat, Pangeran Kadrajat, Pangeran Syarifudin, Syekh Masakeh, Maulana Hasyim, Raden Imam, Sunan Muryapada, dan Sunan Mahmud.
Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyi Ageng Manila alias Dewi Condrowati. Raden Qosim merupakan satu dari empat bersaudara.
Saudara-saudaranya antara lain adalah Sunan Bonang, Siti Muntisiyah (istri Sunan Giri), Nyi Ageng Maloka (istri Raden Patah), dan seorang putri yang merupakan istri Sunan Kalijaga.
Sunan Drajat terkenal akan kearifan dan kedermawanannya. Beliau menurunkannya kepada para pengikutnya kaidah tak saling menyakiti, baik itu melalui perkataan ataupun perbuatan.
''Bapang den simpangi, ana catur mungkur,'' demikian petuah beliau. Yang kurang lebih maksudnya adalah, "Jangan mendengarkan pembicaraan yang menjelek-jelekkan orang lain, apalagi melakukan perbuatan itu".
Sunan Drajat memperkenalkan Islam lewat konsep dakwah bil-hikmah, lewat cara bijak, tanpa paksaan.
Dalam menyampaikan ajarannya, Sunan Drajat menempuh 5 metode. Pertama, melalui pengajian secara langsung di masjid ataupun langgar. Kedua, dengan menyelenggarakan pendidikan di pesantren.
Ketiga, memberi fatwa dan petuahnya dalam menyelesaikan masalah. Keempat, dengan kesenian tradisional. Sunan Drajat seringkali berdakwah melalui tembang pangkur dengan iringan gending.
Kelima, beliau juga menyampaikan ajaran Islam melalui ritual adat tradisional, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.