TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbeda dengan kepolisian, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menganggap pengiriman bom pipa dan tupperware dari Surabaya ke Makassar dalam rangka mengacaukan Pemilu 2014.
Ditemui di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kepala BNPT Ansyad Mbai mengatakan bahwa demokrasi merupakan musuh besar bagi kelompok terorisme.
"Demokrasi itu mengutamakan kebebasan dan kedaulatan individu, sedangkan paham radikal bahwa dalam agama itu tidak ada manusia yang berdaulat hanya satu khalifah, mereka tidak suka, bahwa setan paling besar itu demokrasi bagi mereka," ungkap Ansyad, Sabtu (22/3/2014).
Dikatakan Ansyad, kenapa kelompok teroris ingin mengacaukan Pemilu di Indonesia. Hal tersebut didasari pemahaman radikal yang menganggap sebuah lembaga demikrasi Pemilu merupakan wujud dari pada kekufuran.
Gerakan kelompok teroris di Indonesia yang ingin mengacaukan pelaksanaan Pemilu sudah terlihat dengan penemuan bom yang dikirim dari Surabaya ke Makassar.
"Kita sudah lihat, beberapa hari lalu ada bom dari Surabaya mau dikirim ke Makassar. Itu apa? Ada yang ditangkap beberapa orang dan akhir 2012 gubernur Sulawesi Selatan mau dibunuh mau dilempari bom pada waktu itu, di Aceh juga sudah terjadi. Itu bukan tidak mungkin, tapi sudah terjadi," ungkapnya.
Ansyad menegaskan bahwa bom yang dikirim dari Surabaya ke Makassar bukun untuk meledakkan warung remang-remang di Kabupaten Luwu semata, tetapi bertujuan untuk menggagalkan Pemilu.
"Apa lagi jelang Pemilu ada orang kirim-kirim bom, untuk apa?," ucapnya.