Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia yang ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie berkata pedas terkait pembelian Tank Leopard dari Jerman oleh pemerintah. Menurutnya, Tank Leopard tersebut tidak cocok digunakan di tanah air.
Namun hal itu dibantah Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen Andika Perkasa. Dirinya menjelaskan, meski berat, Tank Leopard tidak akan merusak jalan dan jembatan di Indonesia. Secara teknis menurutnuya, sekalipun berat Tank Leopard sekitar 60 ton, tekanan jejak pada tanah hanya 0,8 kg/cm persegi atau 8,9 ton/meter persegi.
"Tekanan jejak ini relatif sama dengan Tank AMX-13 (berat 14,5 ton) dan Tank Scorpion (berat 8 Ton)," kata Andika kepada Tribunnews.com, Senin (31/3/2014).
Dirinya menjelaskan, dengan tekanan jejak 8,9 ton/meter persegi, Tank Leopard, sangat memenuhi syarat untuk digunakan di jalan kelas 1 dan 2 di Indonesia.
"Beban terbagi rata Tank Leopard masih lebih kecil dari Jembatan kelas A dan B di Indonesia (lebar 6m, panjang 40 m)," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, Tank Leopard juga mampu melakukan manuver off road, di permukaan berlumpur dan di sungai dengan kedalaman kurang dari 4 meter.
Diberitakan sebelumnya, Habibie mengkritik pemerintah khususnya Kementerian Pertahanan yang membeli tank Leopard buatan Eropa itu. Dirinya menyebutkan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) buat TNI AD itu dinilai tidak tepat, sebab tidak cocok digunakan di wilayah Indonesia.
"Untuk apa impor tank Leopard? Itu kan digunakan di negara padang pasir, bukan negara maritim seperti Indonesia. Pakai dong otaknya," kata Habibie di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2014) silam.