TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ucapan selamat bertubi-tubi disampaikan pada duta-duta terbaik olahraga Indonesia era 1980-an hingga 2000-an awal
atas keberhasilan mereka menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019.
Dari rekapitulasi dan penetapan hasil penghitungan perolehan suara dari Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 9 April lalu, yang dilakukan
hampir serentak di berbagai daerah Rabu (23/4) malam, Yayuk Basuki, Emma Tahapari, Purnomo Mohammad Yudhi dan Ricky Subagja, sudah dipastikan menjadi
penghuni baru gedung DPR RI di Senayan.
Sepanjang Rabu malam, seusai pengumuman resmi KPUD di daerahnya masing-masing, mereka sibuk menerima ucapan selamat baik dari
keluarga, sanak saudara, kerabat, sahabat maupun komunitas olahraga yang sudah mengakrabi para legenda di cabang olahraganya masing-masing
itu.
Yayuk Basuki adalah satu-satunya petenis wanita Indonesia yang pernah menempati peringkat 19 dunia pada 1997, dan juga pernah lolos ke
perempatfinal turnamen grand-slam Wimbledon. Yayuk sangat sibuk menerima ucapan selamat yang diberikan kepadanya, baik yang
menghubunya langsung atau via jalinan komunikasi BBM.
Yayuk, yang bersuamikan sesama petenis itu, Suharyadi, tak mau buru-buru menanggapi apa yang akan dilakukannya setelah menjadi
anggota DPR 2014-2019. "Soal rencana kerja nanti sajalah kalau sudah lebih jelas," ungkap Yayuk.
Kendati demikian, Yayuk mengakui bahwa ia memang sengaja memilih jalur politik untuk memperbaiki kondisi dunia olahraga Indonesia yang
semakin terpuruk. Ia menyebut, dunia olahraga Indonesia semakin terpuruk karena adanya kasus korupsi yang dilakukan para pelaku
kebijakan olahraga.
"Selama ini saya hanya berada di luar lingkaran dan menjadi penonton saat dunia olahraga dijadikan proyek untuk dikorupsi. Kalau saya terus
berada di luar, tentu saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya harus berada dalam lingkaran untuk menyelamatkan dunia olahraga agar tidak
lagi jadi obyek korupsi," papar Yayuk, kader PAN itu.
Dunia olahraga, menurut Yayuk, memang sangat berbeda dengan dunia politik. Tapi sebagai mantan juara, ia memiliki mental yang cukup
tangguh untuk mengatasi berbagai kendala yang harus dihadapi saat bertugas sebagai wakil rakyat nantinya, setelah dilantik pada Agustus
mendatang.
Meski dengan latar belakang olahraga, Yayuk menegaskan bahwa ia tidak semata-mata akan memperjuangkan nasib atlet atau pun kepentingan
olahraga, tapi kepentingan yang lebih luas, terutama yang berhubungan dengan pembangunan karakter para pemuda.
"Saya melihat, sejak pendidikan dasar, tidak ada kurikulum yang mewajibkan pelajaran olahraga. Tidak mengherankan kalau saat ini
anak-anak dan pelajar lebih tertarik dengan gadget dibanding aktivitas olahraga," katanya, sebagaimana dikutip dari 'Antara'.
Kebijakan di Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga banyak yang tumpang tindih.
"Saya ingin nantinya program-program yang ada di kedua kementrian itu bisa disinergikan dan tidak ada lagi yang tumpang tindih hanya gara-gara
ego sektoral," tegas peraih medali emas di kontes tenis Asian Games 1986, 1990 dan 1998 itu. (tb)