News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nasib Dunia Pendidikan Indonesia Tak Semulus Pertumbuhan Ekonomi

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UJIAN NASIONAL - Sejumlah siswa mengerjakan soal Ujian Nasional (UN) di SMA Negeri 1 Makassar, Sulsel, Senin (15/4). Sebanyak 336 siswa di SMA Negeri 1 Makassar mengikuti ujian nasional (UN) untuk menentukan kelanjutan pendidikan ke jenjang berikutnya. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Kabinet Indonesia Jilid II (KIB II), hampir berakhir. Banyak kemajuan. Tapi, ada pula berbagai kemandekan dalam menjalankan program pembangunan.

Salah satu yang patut dibanggakan adalah pesatnya kemajuan ekonomi ditandai dengan kemandirian pelaku ekonomi di daerah-daerah. Namun di sisi lain, menurut anggota Komisi X DPR RI, Nasrullah Larada, nasib dunia pendidikan di Indonesia tidaklah semulus pertumbuhan ekonomi.

Pasalnya, kata anggota DPR yang membidangi bidang pendidikan ini, anggaran 20 persen untuk pendidikan dari total APBN, belum mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan pendidikan. Sehingga wajar jika di daerah-daerah masih banyak disaksikan kondisi fisik sekolah yang sangat memprihatinkan baik di tingkat dasar hingga menengah.

"Belum lagi jika kita melihat peningkatan mutu pendidikan yang justru cenderung mandek, jika tidak mau disebut menurun," tutur Nasrullah Larada saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (2/5/2014).

Lanjut dia, adanya Batuan Operasional Sekolah (BOS) dan kampanye sekolah gratis, bukan menambah kualitas dan mutu peserta didik. Melainkan justru memperburuk jaminan kualitas pendidikan ke depan.

Di sisi lain, imbuhnya, peningkatan kualitas guru sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan kebutuhan tenaga kerja, masih lah jauh dari harapan dan target RPJP di bidang pendidikan.

Tambah lagi, perubahan kurikulum yang hingga kini masih menimbulkan kontroversi, sebagai bukti bahwa Kementerian Pendidikan dan kebudayaan tidak pernah merencanakan Sistem Pendidikan Nasional secara mapan dan terintegrasi.

"Kita berharap, Mendikbud yang akan datang mampu mendobrak kejumudan dunia pendidikan dengan memberi peluang masyarakat untuk memberi masukan yang konstruktif," harapnya.

Sementara itu, satu sisi yang membanggakan, bahwa Pendidikan Tinggi pascaadanya UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, mampu menghasilkan lulusan yang bisa bersaing dengan negara lain. Tentunya juga harus diimbangi dengan keluarnya PP dan Permendikbud yang berkualitas dan berorientasi pada pembentukan karakter lulusannya.

"Pendidikan sebagai pusat kajian peradaban, harus mampu dijadikan parameter peserta didiknya dalam menghadapi tantangan global. Dan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei," pesannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini