TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui sempat berkelakar bisa mati berdiri ketika mengurai masalah Bank Century. Sebab saat itu, menurut Sri, biaya menutup modal Bank Century, terus merangkak dari hitungan awal pihaknya.
Dijelaskan Sri, dalam rapat Komite Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK) pada tanggal 20-21 November 2008, ditetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.
Kemudian, ditetapkan juga kebutuhan biaya menyelamatkan Bank Century dengan penambahan modal adalah Rp 632 miliar. Namun, beberapa hari usai rapat tersebut, ternyata Sri ditemui mantan pejabat Bank Indonesia, Darmin Nasution,di Padang, Sumatera Barat, yang mengatakan bahwa penambahan modal Bank Century lebih besar dari hitungan awal.
"Saya jadi berpikir, kalau Bank Century seperti ini, bagaimana dengan bank yang lain? Waktu itu BI juga menyatakan ada 18 bank yang kesulitan modal dan lima bank yang kondisinya mirip Bank Century," kata Sri bersaksi untuk terdakwa Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Beberapa hari kemudian, Sri mengatakan dirinya diberi tahu ternyata biaya menyelamatkan Bank Century membengkak menjadi Rp 2,6 triliun dan masih terus bertambah. Dia lantas menanyakan alasannya kepada Bank Indonesia.
"Saya merasa sangat kaget dengan angka yang berubah dari Rp 632 miliar menjadi Rp 2,6 triliun, atau CAR yang dari minus 3,5 jadi 35 persen lebih dalam waktu hanya dalam sehari sesudah weekend," kata Sri.
Menghadapi masalah tersebut, mantan Ketua KSSK itu merasa kewalahan. Dia bahkan menilai seperti dikelabui oleh pihak BI. "Dalam rapat lanjutan, saya pernah mengatakan 'saya bisa mati berdiri kalau angkanya berubah-ubah dan loncat seperti itu'," imbuhnya.
Sri Mulyani Merasa Dikelabui Bank Indonesia
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rachmat Hidayat
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger