News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kasus Century

Jusuf Kalla: Bank Century Tidak Perlu Diselamatkan

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersaksi dalam sidang mantan Deputi Bidang IV Pengelolaan Devisa Bank Indonesia Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (8/5/2014). Budi didakwa karena diduga terlibat kasus korupsi pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) pada Bank Century dan penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Wakil Presiden RI 2004-2009, Jusuf Kalla (JK) menilai kondisi krisis ekonomi pada 2008 tidak terlalu parah. Karena itu, terang dia, krisis saat itu tidak tepat bila dijadikan alasan menyelamatkan Bank Century.

Meski JK mengaku pernah diberi tahu Bank Century kalah kliring oleh mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani dan mantan Gubernur Bank Indonesia, Boediono. Namun, ia meyakini Bank Century tidak akan berdampak sistemik, karena bank tersebut tidak terlalu besar. JK juga berpandangan krisis ekonomi 2008 tidak separah krisis 1998.

"Tergantung banknya. Kalau besar ya dampaknya besar. Kalau kecil ya kecil. Krisis 1998 dan 2008 jauh beda. 1998 itu krisis di Indonesia. Karena ada jaminan blanket guarantee pada semua bank dan terjadi moral hazard. Kalau 2008 tidak terjadi seperti itu," kata JK saat bersaksi untuk terdakwa Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (8/5/2014).

Menurutnya, tahun 2008 memang Indonesia terkena imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Di antaranya Indonesia sulit mengekspor barangnya ke beberapa negara.

"Banyak negara terkena imbas. India dan China. Indonesia juga kesulitan ekspor karena banyak usaha yang tutup, dan banyak penarikan dana asing," kata JK.

JK melanjutkan, krisis ekonomi AS juga berpengaruh kepada kurs Rupiah. Sebab pasar modal Indonesia sebagian besar diisi oleh modal asing dan saat itu pihak luar banyak yang menarik dananya.

"Tapi APBN bagus. Investasi bagus. Pertumbuhan perekonomian tetap terjadi, yaitu positif enam persen," kata JK.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini