TRIBUNNEWS.COM, MATARAM -- Meski gunung Sangeang telah meletus lebih dari sepekan, dampak debu masih dirasakan masyarakat warga Desa Sangeang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bina, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Meski demikian, aktivitas warga masyarakat yang bertempat tinggal delapan kilometer di puncak gunung itu telah berlangsung normal.
"Tinggal dampak dari debu yang tersisa yang diterbangkan angin terasa menggangu warga. Bantuan masker diperlukan," kata Amir Mutar, staf Disaster Risk Management lembaga kemanusiaan nasional PKPU kepada Tribunnews, Selasa (10/6/2014).
Lembaga kemanusiaan nasional PKPU berada di sana untuk memberikan bantuan, berupa dapur air bagi masyarakat, membagi-bagikan air mineral, roti dan masker.
Wilayah ini paling terkena dampak meletusnya gunung Sangeangapi yang meletus, Jumat (30/5/2014) sekitar pukul 16.00 WIB. Desa ini berada di sekitar 8 km dari puncak gunung.
Tidak ada korban luka-luka maupun korban jiwa, tidak ada kerusakan rumah. Lahan pertanian ludes dan ribuan ternak juga diperkirakan mati. Wilayah kepulauan Sangeang sendiri sebenarnya tidak dihuni oleh masyarakat secara permanen.
"Mereka hanya tinggal sementara sekitar 3 sampai 4 bulan atau musiman saja. Hanya untuk mengurus ternak dan pertaninan meraka," katanya.
Ada tujuh desa di kecamatan Wera yaitu Desa Toitoi, Sangeang, Tadewa, Ranggasolo, Bala, Kalagena, dan Paipai. Total penduduk di kecamatan ini sebanyak 7.328 jiwa atau 1.748 KK.
Untuk menuju kecamatan Wera dari kota Bima berjarak kurang lebih 70 km atau sekitar 2 sampai 3 jam perjalanan. (Eko Sutriyanto)
Debu Vulkanik Masih Menghantui Warga Desa Sangeang NTB
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hendra Gunawan
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger