Siaran Piala Dunia 2014 yang akan dimulai 13 Juni dinihari ini, dikhawatirkan akan menjadi ajang kampanye capres.
Jakarta - Farid Rahman, mantan Wakil Ketua PSSI, mengatakan bahwa ada kekhawatiran bila siaran Piala Dunia 2014 yang disiarkan oleh TVOne dan ANTV akan dijadikan ajang kampanye. "Kalau dipakai sebagai ajang kampanye, maka melanggar Statuta FIFA tentang anti diskiriminasi dan rasisme," kata dia.
Dalam Statuta FIFA 2011 tentang anti diskriminasi dan rasisme disebutkan bahwa FIFA melarang diskriminasi apapun terhadap negara, orang atau kelompok berdasarkan etnis, jenis kelamin, agama, politik atau lainnya. Bila kampanye ini dilakukan, PSSI atau klub yang berada di bawah naungan PSSI bisa mengirim surat protes kepada FIFA untuk menindaklanjutinya.
Keinginan siaran Piala Dunia 2014 bebas dari kepentingan politik juga disuarakan oleh M. Farhan. Direktur PT Persib Bandung Bermartabat ini mencontohkan Titik Prabowo yang menjadi presenter pada siaran Piala Dunia 2006 yang disiarkan oleh SCTV. Saat itu Titik adalah komisaris SCTV. "Sah-sah saja dia menjadi presenter. Tapi apakah tidak ada orang lain? Akibatnya Titik dikritik habis-habisan," kata Farhan.
Begitu pula saat pemilu lalu. Wiranto dan Hary Tanoesudibyo ini menyisipkan Kuis Kebangsaan saat siaran langsung Indonesia Super League (ISL) di RCTI. Hary adalah pemilik RCTI. "Saat siaran bola, ratingnya tinggi. Tapi begitu jeda dan diisi kuis, langsung anjlok."
Farhan pun berharap tayangan Piala Dunia 2014 tidak disisipi dengan kampanye. "Kalau ada calon presden atau wakil presiden yang menjadi komentator Piala Dunia, saya justru kasihan. Dia akan dibully habis-habisan di media sosial," tambah Farhan.
Sebelum hingar-bingar itu berlangsung, Shefti Lailatul Latiefah, seorang pecinta sepakbola mengungkapkan kegundahannya. Ia kuatir, tayangan Piala Dunia di Indonesia akan disusupi penumpang gelap: kampanye calon presiden. Maklum, pemilik tiga stasiun televisi pemegang hak siar ini adalah orang yang sama, Aburizal Bakrie -- pemimpin partai pendukung pasangan calon presiden Prabowo - Hatta.
Bagi Shefti, juga jutaan penggemar bola di dunia, Piala Dunia harus bebas dari aroma kepentingan politik. Apalagi, saat ini telah beredar cerita, rencana pemegang hak siar Piala Dunia menghadirkan calon presiden, calon wakil presiden dan politisi untuk menjadi komentator. Jika ini terjadi, lengkaplah sudah sengkarut Pilpres 2014: dari kampanye hitam sampai menunggangi sportivitas olahraga.
Pada Sabtu 7 Juni 2014, Shefti mengirim surat terbuka kepada Presiden FIFA Joseph S. Battler dan ia sebarkan salinannya di media sosial untuk menjaring dukungan. Tuit Shefti lewat akun @sheilayla ini segera didukung jutaan pegiat media sosial. Beramai-ramai mereka meneruskan tuit Shefti dengan menyebut nama @Fifa dan @SeppBlatter sebagai bentuk dukungan.
"Kami (penggemar bola) mempunyai kekhawatiran yang sama. Kita tahu masa kampanye memang singkat dan stasiun televisi dimiliki oleh para konglomerat yang itu-itu saja yang punya agenda politik juga," kata Shefti. (skj) (Advertorial)