TRIBUNNEWS.COM - Ninik Yuriani (56) korban jatuhnya pesawat Boeing 777-200 milik Maskapai Penerbangan Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ternyata menjadi seorang pengajar tari di Belanda.
Ia tinggal bersama suami dan anaknya di Eindhoven, Belanda sejak 1997 silam. Awalnya Ninik ikut keponakannya di Belanda kemudian ia belajar bahasa Belanda di sana dan akhirnya mendapatkan suami orang negeri Kincir Angin. Di perantauan Ninik dikenal sebagai seorang pengajar tarian Indonesia. Bahkan banyak orang yang mengenal Ninik di Endhoven, disamping pintar bergaul, ia selalu menyapa setiap orang di kota tersebut.
"Bukan hanya mengajar tarian Indonesia saja. Ia pun sering diminta orang-orang di sana untuk membuatkan masakan khas Indonesia untuk pesta ulang tahun. Jadi dia sangat dikenal di sana," ungkap Kakak Ninik, Yuriah Tanzil saat berbincang dengan tribun di kediamannya di Jalan Taman Rawa Pening 1 Nomor 23, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Sabtu (19/7/2014).
Kepulangannya ke tanah air tidak menentu. Terakhir ia pulang ke Jakarta pada pertengahan 2012. Kenang wanita berusia 65 tahun tersebut, saat kepulangannya dua tahun silam tersebut Ninik datang seperti biasanya. Ia selalu gembira dan dikenal sebagai orang paling cerewet di keluarganya. "Tidak ada tanda sedikit pun, bahkan firasat saat sebelum terjadinya kecelakaan tersebut," ungkapnya.
Wanita asal Wonosobo, Jawa Tengah tersebut mengaku nyaman tinggal dan bekerja di Belanda. Memang dalam kesehariannya Ninik orangnya mudah bergaul dan mudah memiliki teman. "Ia orangnya tidak pernah kelihatan susah selalu gembira. Dia pun cerewet," kenang wanita berpakaian biru tua ini.
Enam bulan sebelum pulang ke Indonesia, Ninik sudah mengabarkannya kepada adik dan kakak-kakaknya. Ia berniat untuk mengunjungi seluruh anggota keluarga yang tinggal di Jakarta kemudian berangkat ke Wonosobo. Bahkan terakhir sebelum dia naik pesawat masih sempat bicara dalam chat whatsaap bersama adik dan kakak kandungnya dan terakhir berkata 'Sampai jumpa di Jakarta'
Menurut adiknya Enny Nuraheni (54) di Jakarta rencananya sang kakak tersebut akan menemui adik-adiknya serta saudara dan keponakannya yang berada di wilayah Depok dan Jakarta. "Setelah itu ingin mudik bertemu sama ibu," ujarnya.
Namun rencana tersebut sirna setelah pesawat yang membawa Ninik dari Belanda ke Kuala Lumpur di tembak rudal di wilayah perbatasa Rusia dan Ukraina yang menyebabkan Ninik bersama 297 orang lainnya meninggal dunia. Dikatakan Enny, hingga kini sang ibu belum tahu bila anak ke limanya sudah tiada.
"Ibu belum tahu, kita akan mencari waktu terbaik untuk ibu tahu. Semua tidak mau ibu saya sakit bila mendengar berita tersebut," ujarnya.
Beberapa hari sebelum kecelakaan, adik Ninik yang terakhir Nono Surahono sempat bebicara bila dirinya bermimpi giginya rontok seluruhnya. "Ia menceritakan mimpinya menakutkan dan seperti beneran gitu," kata Yuriah kembali.
Selama beberapa jam di kediaman Yuriah, tampak adik dan kakak Ninik berkumpul termasuk keponakan-keponakannya. Mata Yuriah tampak sayu menahan kesedihan atas meninggalnya sang adik, begitu juga dengan Enny diwawancara sebuah televisi tampak air matanya berlinang, tak terkecuali Yuriah. Sahabat, keluarga, dan orang-orang yang mengenal Ninik pun silih berganti mendatangi kediaman Yuriah, ucapan belasungkawa pun terus mengalir hingga sore. (Adi Suhendi)