TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pencopotan Jenderal TNI Budiman dari jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) sungguh mengejutkan. Sebab Budiman akan pensiun pada 25 September 2014, tinggal dua bulan lagi.
"Tapi bagi saya, ini sekaligus mungkin membuktikan Presiden SBY ingin memenuhi janjinya menjaga netralitas TNI dalam Pilpres 2014. Dan langkah ini juga sekaligus untuk mengawal Pilpres berlangsung aman dan damai," ujar mantan Anggota Komisi I DPR RI Andreas Hugo Pareira kepada Tribunnews, Senin (21/7/2014).
Penggantian ini tentu di luar perkiraan banyak orang. Karena, pertama Budiman sebenarnya akan memasuki masa pensiun pada bulan September 2014, tinggal dua bulan lagi. Kedua, pengumuman pencopotan jabatan yang strategis ini dilakukan di tengah bangsa ini sedang mengalami puncak situasi kritis menjelang akhir Pilpres 2014. KPU akan mengumumkan presiden terpilih besok, 22 Juli.
Sehingga pencopotan ini bisa ditafsirkan sebagai ada sesuatu, mungkin 'punishment' atas kesalahan yang dibuat Budiman? Lantas, kesalahan apa yang dibuat Budiman? Tentu ini menjadi pertanyaan masyarakat.
"Jangan-jangan ini yang dimaksudkan oleh Presiden SBY ketika berbicara di hadapan 200 perwira di Kemenhan pada 2 Juni 2014, bahwa ada pihak yang coba menarik-narik dukungan jenderal aktif. Dan juga meremehkan presiden SBY sbagai kapal karam," ujar Andre, mantan Sekretaris Kelompok Fraksi PDIP di Komisi I DPR RI ini.
Andre yang saat ini menjabat Ketua DPP PDIP, kalau ini benar, tentu publik harus mengapresiasi Presiden SBY, karena di akhir masa jabatannya berani mengambil sikap tegas.
"Termasuk tegas menindak perwira tinggi demi menjaga netralitas TNI dan terutama demi berlangsungnya Pilpres yang demokratis, aman dan damai serta bebas dari intervensi," ujar Andre, mantan dosen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Bandung.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) geram di hadapan 200 perwira tinggi TNI/Polri, berpangkat bintang satu hingga bintang empat, dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, Senin (2/6/2014). Presiden menngungkap informasi mengenai jenderal aktif yang tidak netral menghadapi Pemilihan Presiden 2014.
"Dari informasi yang telah dikonfirmasikan, tentu bukan konfirmasi yang tidak ada nilainya, mengatakan, ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk menarik yang didukungnya," kata Presiden SBY.
Informasi tersebut, bukanlah fitnah. Dari informasi itu, Presiden juga menyindir adanya jenderal aktif yang tidak lagi loyal kepada Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Presiden pun sempat terdiam beberapa saat. Dia lalu melihat ke arah para perwira tinggi di depannya. SBY mengerakkan kepalanya dari kanan ke kiri, melihat mereka secara saksama.
"Bahkan ditambahkan, tidak perlu mendengar Presiden kalian. Kan itu Presiden 'kapal karam', lebih baik cari presiden baru yang bersinar. Dalam negeri yang kita cintai, kata-kata ajakan seperti itu hanyalah sebuah godaan," kata Presiden SBY yang masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.