TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi mengingatkan bahwa tantangan pemerintah kedepan adalah menghadapi gerakan-gerakan agama yang radikal, seperti gerakan Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS).
Kepada wartawan di Rumah Transisi di Jalan Situbondo nomor 10, Menteng, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2014), Hasyim menyebutkan bahwa akar permasalahan ISIS lumayan besar, dan yang terlihat selama ini hanyalah sebagian kecilnya saja.
"ISIS itu adalah gejalanya yang akarnya itu sangat besar, ini hanya puncak gunung es," katanya.
Ia berharap penangan masalah tersebut bisa diselesaikan dari hulunya, dengan melibatkan kelompok-kelompok moderat. Selain itu bisa juga dengan kerjasama sejumlah institusi pemerintah seperti Kementerian Agama, Badan Intelijen Negara (BIN) hingga Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Ia mengkritik selama ini penyelesaian masalah tersebut oleh pemerintah hanyalah dengan cara represif dan parsial. Pemerintah seringnya hanya menangani kasus tersebut ketika sudah benar-benar mencuat, dan lembaga-lembaga pemerintah yang ada kurang dimanfaatkan secara maksimal.
"Sehingga pemerintah kita kaget ketika muncul letupan-letupan, kita lalu represif," ujarnya.
Ia mengingatkan ISIS itu tidak dengan sendirinya muncul di Indonesia, akan tetapi melalui proses yang panjang, termasuk situasi Indonesia yang kondusif yang membuat gerakan-gerakan tersebut berpotensi tumbuh subur.
Hasyim yang sudah ditunjuk sebagai penasihat tim Transisi Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK), mengaku juga akan menyampaikan aspirasinya tersebut ke tim Transisi agar dijadikan rekomendasi terhadap pemerintahan Jokowi - JK.