TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Wakil Presiden terpilih, Jusuf Kalla (JK), mengatakan electronic vote atau E-vote belum bisa dilakukan di Indonesia. Menurutnya hal itu sulit dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah karena rendahnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap sistem.
Kata dia, sistem tersebut sukses dilakukan di negara-negara yang pemahaman masyarakatnya tentang Teknologi Informasi sudah tinggi, seperti di Amerika Serikat dan negara-negara eropa lainnya.
"Mereka sudah percaya sekali dengan itu," kata di acara dialog "Pemimpin Peduli," di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (18/9/2014).
Indonesia menurutnya pernah menggunakan sistem contreng, namun hal itu tidak lagi dilakukan kini karena masyarakat banyak yang tidak percaya dengan pulpen. Kini pemilihan umum dilakukan dengan sistem coblos.
"Dengan pulpen saja tidak percaya, apalagi dengan elektronik padahal semua orang sudah punya HP (red: handhone)," ujarnya.
Ia mengakui sistem tersebut bisa membuat biaya pemilihan menjadi murah, karena tidak memerlukan kertas suara, kotak suara, saksi mau pun biaya pendistribusian logistik. Akan tetapi biaya pengandaannya lumayan mahal.
Mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar itu berharap agar pemilihan presiden (pilpres) 2019 nani, sistem E-vote sudah bisa diamplikasikan di Indonesia.
"Mari kita kampanye elektronik voting," tandasnya.