TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peserta seleksi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), I Wayan Sudirta, mengaku khawatir KPK akan dicurigai pilih kasih karena berani menindak petinggi polisi seperti Irjen Djoko Susilo, namun tidak menyentuh kasus di TNI.
Dalam diskusi "Mengenal Capim KPK dan Gagasan Pemberantasan Korupsi Para Calon," di Restoran Bumbu Desa, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/10/2014), I Wayan mengatakan masyarakat pada umumnya tidak mengerti Polri sudah berbeda dengan TNI.
"Orang yang mengerti KPK mengeluh, ada anak tiri, ada pilih kasih, kenapa KPK tidak menyentuh TNI, kenapa polisi bisa ditangkap, tentara tidak," katanya.
Menurutnya perlu dikaji lagi apakah kasus korupsi TNI juga harus diurus oleh KPK, dan diadili melalui peradilan umum. Ia mengingatkan anggaran TNI juga lumayan besar bila dibandingkan dengan anggaran polisi.
"Sebaiknya kita melakukan upaya-upaya ada kesejajaran di mata hukum. Tidak perlu di istimewakan, kita tidak menemukan literasi tentara harus kebal hukum," ujarnya.
Ia mengakui di Undang-Undang KPK tidak disebutkan kewenangan lembaga anti rasuah itu sampai menangani TNI. Namun bila KPK juga menangani anggota TNI, maka bukan tidak mungkin citra TNI akan meningkat di mata masyarakat.
"Saya percaya KPK masuk ke TNI tidak lebih sulit dari KPK masuk ke Polri. Kalau sukses, citra paling baik adalah TNI," terangnya.
Kalau pun ada perlawanan dari TNI, menurutnya perlawanan itu tidak akan berlangsung lama. Hal itu dibuktikan dari kasus-kasus yang terjadi di berbagai negara.