TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu, dikenal sebagai politisi yang selalu memakai jaket kulit. Jaket kulitnya selalu melekat kemanapun ia pergi, baik acara formal, maupun informal.
Namun, Adian kini seakan sedang 'galau' ketika tahu untuk bisa masuk ke Istana Negara untuk bisa hadir di acara sukuran pasca pelantikan Jokowi-JK, 20 Oktober mendatang.
Kegalauan Adian tak lain setelah tahu pernyataan Kooordinator Kirab Budaya Syukuran Rakyat, Jay Wijayanto yang diberitakan tribunnews.com. Jay meminta warga yang masuk ke Istana tidak memakai jaket ataupun membawa tas untuk mempersingkat pemeriksaan di pintu masuk. http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/16/warga-yang-mau-ikut-sukuran-pelantikan-jokowi-jk-di-istana-jangan-pakai-jaket
Dikatakan, pemeriksaan itu dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
"Kenapa tidak boleh Jaket? Karena Jaket bisa sembunyikan barang-barang berbahaya seperti pisau, pistol, granat, bazooka bahkan mungkin panser," sindir Adian mengomentari penyataan Jay.
"Apakah Jas dan blazer tidak bisa sembunyikan barang-barang berbahaya seperti itu juga? Bisa juga-kan? Lalu kenapa pakai jaket tidak boleh tapi pakai jas boleh?" Adian mempertanyakan.
Adian melanjutkan, jujur saja, jaket itu identik dengan penjahat, sementara jas itu identik dengan pejabat.
"Jujur saja pakai jaket membuat suasana istana kumuh, tapi pakai jas membuat istana nampak mewah. Jaket membuat orang tampak berbahaya, jas membuat orang tampak bergaya," sindir Adian.
Bagi banyak orang, katanya lagi, jaket atau jas bukan masalah besar tapi kalau mau merunut sejarah, kemenangan Jokowi bukan didukung jutaan orang pakai jas tapi jutaan orang berjaket yang narik ojek, yang kedinginan karena meronda, yang wara-wiri tempat kerja dengan sepeda motor.
"Bisa dipastikan bahwa semua pendukung Jokowi pasti punya jaket dirumahnya. Tapi tidak semua pendukung Jokowi punya Jas dirumahnya," Adian menegaskan.
Ia kemudian menganggap, cara pandang Jay Wijayanto adalah cara pandang sempit yang mengidentikkan baik buruknya orang dari pakaiannya. Jika cara berfikir seperti ini dipertahankan, sambungnya lagi, maka jangan heran kalau saat ini pakai jaket identik dengan penjahat.
Nanti akan ada jenis dan pakaian lain yang akan diidentikan dengan teroris. Atau jangan-jangan nanti siapapun yang pakai rok mini diidentikan dengan pelacur," sindirnya.
Kenapa melarang rakyat ke istana dengan Jaket? Karena Jokowi sudah jadi presiden dan dia harus dikelilingi orang ber Jas dan dijauhkan dari orang-orang berjaket," sindir Adian lagi.
Adian mengaku sedih, seakan Jokowi dikelilingi oleh mereka yang ia anggap tidak rasional. Mereka yang ia anggap menghakimi sesama manusia karena pakaiannya.
"Orang-orang yang menilai baik buruknya orang lain karena model pakaian bukan karena perbuatannya," tegas Adian Napitupulu.