Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) menciduk lima orang penyelundup yang masuk jaringan narkotika Tanjung Balai, Sumatera Utara, Selasa (22/10/2014). Mereka rutin menyelundupkan sabu asal Malaysia lewat laut.
Kepala Bagian Humas BNN Sumirat Dwiyanto mengatakan, kelima orang ini mampu mengambil sabu dan membawanya ke Tanjung Balai hingga Medan sebanyak empat kali. Dari mereka, petugas BNN mengamankan barang bukti sabu enam kilogram.
"Anggota sindikat ini rata-rata mantan nelayan, sehingga menguasai betul jalur laut yang terbentang dari Malaysia ke Tanjung Balai, Sumatera Utara. Bosan dengan kehidupan miskin, mereka memutuskan menyelundupkan narkoba sekaligus menyalurkan TKI ilegal ke Malaysia," kata Sumirat di kantornya, Kamis (23/10/2014).
Berdasarkan data intelejen dan informasi dari masyarakat, dicurigai adanya penyelundupan sabu asal Malaysia. Pada Selasa lalu, serah terima barang berlangsung di tengah laut. Kurir mengambil barang di tengah laut pukul 15.00 WIB.
"Selanjutnya, barang tersebut berpindah tangan ke kurir atas nama Anto dan setelah itu diserahkan kepada Jack untuk dibawa ke Tebing untuk diserahkan ke tangan Wakdin," sambung Sumirat.
Wakdin menemui Tohar dan Jainudin di lobi Hotel Resident, Kota Medan. Ia menyerahkan satu kilogram sabu kepada Jainudin pukul 23.00 WIB. Setelah transaksi, Wakdin pulang ke rumahnya, sementara Tohar dan Jainudin bergeser ke Terminal Pinang Baris.
"Rencananya, Jainudin akan membawa sabu tersebut ke Aceh. Saat tiba di terminal, petugas BNN mengamankan Jainudin dan Tohar dan disita sabu seberat satu kilogram dari tangan Jainudin," lanjutnya.
Di tempat terpisah, petugas BNN berhasil mengamankan Wakdin, beserta barang bukti sabu seberat lima kilogram yang masih tersimpan di mobilnya. Menurut keterangan Wakdin, sabu tersebut akan diserahkan setelah ada perintah dari Tohar.
Wakdin diduga kuat bukan hanya berperan sebagai kurir, tapi juga sebagai penampung uang dari hasil transaksi narkotika. Wakdin direkrut dan dikendalikan oleh Tohar. Sedangkan Jainudin diduga kuat sebagai bandar yang beroperasi di Aceh.
Kini BNN masih terus mengembangkan kasus ini karena masih ada beberapa anggota jaringan narkoba yang belum ditangkap.