TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsumsi energi dan migas Indonesia sangat bergantung kepada pembangunan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Indonesai Global Justice (IGJ), Salamuddin Daeng saat diskusi bertajuk "Masa Depan Kedaulatan Energi di Bawah Pemerintahan Baru" di Cikini, Jakarta, Rabu (5/11/2014).
Ia berpendapat konsumsi energi yang kuat sangat berkaitan dengan kemajuan industri perdagangan dan kebudayaan suatu bangsa. Konsumsi yang semakin besar akan berdampak kepada semakin besarnya sektor lain.
"Dalam posisi sekarang kita bukan konsumsi Bahan Bakar Minyak yang besar. Konsumsi kita pada urutan 142 di dunia sebagai konsumen," kata Salamuddin.
Sebaliknya pada sektor produksi, Indonesia pernah menjadi negara nomor dua di dunia pada sektor batubara.
"Dalam hal energi kita terbesar. Jadi anomalinya sementara energi yang kita berkaitan dengan industri dan pembangunan. Kita tak bisa bicara energi saja tapi mengenyampingkan pembangunan," ujar Salamuddin.
Lebih lanjut Salamuddin mengatakan permasalahan krisis energi sama dengan krisis bidang lainnya. Ia berpendapat negara Indonesia bukan mengalami kekurangan energi namun krisis dalam mengatasi ketimpangan pendapatan. Akibatnya, masyarakat tidak menpunyai daya beli mengatasi persoalan tersebut.
Mengatasi persoalan daya beli ia menilai pemerintah mencoba membantun untuk menaikkan daya beli melalui hutang. Upaya ini dilakukan untuk mentransfer daya beli untuk mampu membeli produk-produk tersebut.