Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Syafruddin pria asal Kalimantan Timur sudah 40 tahun membuat perahu atau biasa disebut ketinting diwilayahnya. Tiga jenis ketinting yang dapat dibuat dan dijualnya.
Ketinting taxi untuk berpenumpang 10 orang ke atas , ketinting nelayan hanya sekitar lima atau enam orang, dan ketinting dayung khusus keadaan banjir.
"Harganya bervariasi semuanya, tergantung ukuran dan jenisnya," ucap Syafruddin di Bendara Budaya, Jakarta, Minggu (9/11/2014).
Dirinya menjelaskan, ketinting taxi biasanya paling kecil berukuran delapan meter dengan harga Rp 7 juta, sementara ukuran yang besarnya sepanjang 12 meter seharga Rp 14 juta. Waktu pengerjaannya untuk jenis taxi bisa menghabiskan waktu kurang lebih satu bulan setengah.
Ketinting nelayan, kata Syafruddin, waktu pengerjaan dan harganya lebih murah dibandingkan taxi. Nelayan, dihargai dengan nilai Rp 2 juta sampai Rp 6 juta berukuran mulai enam meter. Pengerajaannya pun terbilang singkat, hanya membutuhkan waktu 10 hari.
"Paling banyak orang membeli perahu nelayan dengan ukuran enam meter, karena digunakan di sungai Mahakam, dan danau-danau di sana, kan banyak," ujarnya.
Sementara untuk ketinting dayung, dibandrol Syafruddin seharga Rp 1,5 juta dengan daya tampung maksimal tiga orang. "Ini digunakan masyarakat kalau musim banjir, kalau banjir itu bisa tenggelamkan rumah tiga sampai enam bulan," ucapnya.
Sedangkan penggunaan bahan bakunya, Syafruddin menawarkan dua jenis kayu yaitu bengkai dan meranti. Harga kedua kayu tersebut tidak dibedakan olehnya.
Terkait persaingan usaha antar pengrajin ketinting, dirinya mengungkapkan, tidak ada persaingan yang saling menjatuhkan. Para pengrajin, saling berbagi bahan baku dan meningkatkan kualitasnya