TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari CSIS Arya Fernandes menilai, langkah yang kurang tepat jika rencana Munas Partai Golkar yang sedianya akan dilaksanakan pada Januari tahun depan, kemudian dimajukan. Dari informasi yang didapat, Munas Golkar rencananya akan dimajukan pada bulan November. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang kader Partai Golkar Agun Gunanjar Sudarsa beberapa waktu lalu.
Arya mengungkapkan, jika Munas dipercepat akan ada pertarungan politik dengan menjadikan Ketua Umum DPP Partai Golkar sebagai musuh bersama bagi kandidat calon ketua umum Partai Golkar lain.
"Ini akan berbahaya bagi Ical, karena akan dijadikan musuh bersama bagi kandidat lain karena merasa tidak punya kesempatan untuk melakukan sosialisasi terlebih dahulu dengan para DPD Golkar se Indonesia," kata Arya kepada Tribunnews.com, Rabu (12/11/2014).
"Penggalangan Ical sebagai musuh bersama oleh kandidat lain, bisa saja menjalar ke daerah-daerah, mendengungkan anti Ical dan lain sebagainya. Sementara bila Munas dimajukan, tentu akan menguntungkan Ical karena sudah melakukan penggalangan ke daerah-daerah," papar Arya.
Arya menegaskan, mempercepat Munas Partai Golkar, akan membuat image yang buruk karena tidak memberikan kandidat lain kesempatan menyampaikan visi misinya. "Jadi alangkah lebih baik jika Munas diselenggarakan sesuai waktu yang sudah ditentukan agar kompetisi yang akan dilakukan dapat berjalan secara demokratis," saran Arya.
"Memiliki peluang yang sama dan para kandidat sama-sama tidak merasa dirugikan," tambahnya.
Menurutnya, Ical masih memiliki peluang untuk menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Dijelaskan, 30 persen mereka yang duduk di DPR adalah mereka yang dekat dengan Ical, termasuk beberapa pengurus di DPD Golkar di daerah.
"Namun, kandidat lain tentu juga memiliki peluang. Pak Agung Laksono dan MS Hidayat sebagai kader partai senior, jika menggalang dukungan bersama, termasuk dengan kandidat calon ketum Golkar lainnya, tentu akan menjadi kekuatan tersendiri dalam pertarungan nanti," papar Arya.
Meski Ical masih berpeluang, namun ada celah untuk mendegradasi Ical selama kepemimpinannya. Soal perolehan suara Partai Golkar, termasuk kegagalan Golkar dalam pertarungan di beberapa pilkada, merebut suara dibasis suara Partai Golkar, tentu menjadi celah bagi calon lain untuk mengimbangi Ical nantinya.