Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Merah Putih (KMP) menjadi poros baru kekuatan politik di Indonesia. KMP yang dibentuk menjelang pemilihan presiden 2014 itu diperkirakan tak berumur lama.
Nyatanya, hingga kini, koalisi yang diisi partai pendukung pasangan Prabowo-Hatta yang menempatkan Aburizal Bakrie sebagaiĀ Ketua Presidium itu masih bertahan dan menguasai parlemen.
Pembentukan KMP dimulai usai Pemilu Legislatif 2014 yang memposisikan PDI Perjuangan di peringkat pertama disusul Golkar dan Gerindra. Sejak semula PDI Perjuangan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Sedangkan Golkar melalui Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) mengusung Aburizal Bakrie. Sementara Gerindra mengusung Ketua Dewan Pembina partainya, Prabowo Subianto.
Jalan Golkar meliuk untuk mendapatkan calon wakil presiden. Tak ada yang mau menjadi pendamping Aburizal atau Ical. Ia pun menurunkan tawarannya, ikhlas menjadi orang nomor dua alias calon wakil presiden.
Ical lalu bertemu Prabowo di Hambalang, kemudian bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Senayan, Jakarta, 18 Mei 2014. Pertemuan itu untuk membentuk poros ketiga. Demokrat menyatakan netral.
Malamnya, Ical bertandang ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Pertemuan tak sampai satu jam itu buntu. Ical lalu menuju rumah Prabowo Subianto.
Prabowo telah memutuskan pendampingnya Hatta Rajasa, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN). Pertemuan di Hambalang akhirnya membuahkan hasil meskipun jauh dari keputusan Rapimnas Golkar.
Ical menyerahkan dukungan partai beringin kepada Prabowo-Hatta. Golkar akhirnya bersekutu dengan Gerindra, PKS, PPP, PAN, dan PBB membentuk Koalisi Merah Putih melawan Koalisi Indonesia Hebat di Pilpres 2014.