TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk serangan bersenjata ke redaksi media satire Charlie Hebdo di Paris, Perancis, tengah pekan lalu. Meski demikian NU juga menyayangkan pemanfaatan kebebasan secara berlebihan pada akhirnya memicu sikap intoleransi.
"Pada dasarnya segala macam kekerasan, apalagi dilakukan atas nama agama, tidak dibenarkan. Akan tetapi apa yang terjadi di (Redaksi Charlie Hebdo) Perancis, PBNU juga mengutuk keras pemicunya, yaitu sikap intoleransi," kata Sekretaris Jenderal PBNU Marsudi Syuhud di Jakarta, Senin (12/1/2015).
Menurut analisanya, serangan ke Charlie Hebdo dipicu kegemaran redaksi media satire tersebut memuat karya jurnalistik yang tak mengindahkan kaidah toleransi. Tak hanya karikatur Nabi Muhammad sebagai ikon Islam, di beberapa edisi lainnya, Charlie Hebdo juga menjadikan Paus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sebagai target ejekan.
"Kebebasan (media) di sana itu kan sangat bebas. Itu yang tidak benar, karena sebebas apapun kebebasan masih ada batasnya, yaitu kebebasan orang lain. Kami mengimbau jangan sampai kebebasan jadi kebablasan dan memicu sikap intoleransi,” tegas Marsudi.
Umat Islam di Indonesia dan dunia pada umumnya harus bisa bersikap dewasa dalam menyikapi adanya kritikan dan aksi-aksi tidak simpatik lainnya. "Prinsip dasar dakwah adalah untuk kebaikan, dan untuk mencapai itu harus dengan cara-cara yang baik juga. Kalau ada yang mengkritik kita, balaslah dengan kritik, jangan dibalas dengan kekerasan," terangnya.
Sebanyak 12 orang dinyatakan tewas dalam aksi serangan bersenjata ke redaksi Charlie Hebdo di pinggiran kota Paris, Perancis, tengah pekan lalu. Aksi itu diduga dipicu oleh beberapa edisi media satire tersebut memuat karikatur Nabi Muhammad.
PBNU: Kebebasan Jangan Memicu Tindakan Intoleransi
Editor: Y Gustaman
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger