TRIBUNNEWS.COM - Tim Search and Rescue Terpadu belum berhasil mengangkat badan utama pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Setelah tiga hari upaya pengangkatan badan pesawat memakai balon pengapung gagal, tim akan memakai tongkang dan derek untuk mengangkat.
Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda A Dwi Putranto di Bandar Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (26/1), menjelaskan kondisi itu setibanya dari KRI Banda Aceh. Kapal TNI Angkatan Laut itu masih beroperasi di area lokasi jatuhnya pesawat Airbus A320 bernomor register PK-AXC di Selat Karimata, Laut Jawa.
”Selasa akan diusahakan sekali lagi dengan memanfaatkan peluang yang ada, yaitu akan menggunakan tongkang,” kata Dwi.
Dwi menyampaikan, tongkang diperkirakan baru bisa berada di lokasi evakuasi setelah lima sampai enam hari. Sejak Sabtu lalu, tim penyelam gabungan dari TNI AL berupaya mengangkat badan utama pesawat dengan menggunakan empat balon pengapung (lifting bag). Namun, dua hari berturut-turut tali terputus akibat tegangan terlalu kuat serta hantaman ombak dan arus.
Upaya pengangkatan dengan balon pengapung terkendala pula dengan sulitnya mengikatkan tali pada badan pesawat. ”Sempat ada pintu darurat yang bisa dimasuki tali. Namun, sekarang kondisi badan juga pintu darurat tidak bisa dimasuki tali. Badan pesawat sepanjang 7-9 meter sulit dimasuki penyelam karena terkendala puing-puing,” kata Dwi. Cuaca juga mengganggu penyelam. Jika bisa diangkat, badan utama pesawat itu akan dibawa ke Jakarta.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat sejak awal operasi bersedia menyediakan tongkang. ”Kami siap membantu operasi SAR,” kata Wakil Bupati Kotawaringin Barat Bambang Purwanto.
Diidentifikasi
Di Surabaya, tim Identifikasi Korban Bencana akhirnya mengidentifikasi dua jenazah korban pesawat AirAsia. Keduanya adalah Djarot Biantoro (53) dari Malang, Jawa Timur, dan Wanti Setiawati (33) asal Bandung, Jawa Barat.
Wanti merupakan pramugari pesawat AirAsia QZ 8501. (DKA/DEN)