TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Adiperkasa Citra Lestari, kini menjadi sorotan publik. Jumat (6/2/2015) kemarin, perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara ini melakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) dengan Proton Holdings Bhd (Malaysia).
Penandatanganan disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak. Kemudian, pemimpin Proton, Tun Dr Mahathir Mohamad, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim, derta Duta Besar Indonesia untuk pemerintah Malaysia, Herman Prayitno.
Hendropriyono, angkat bicara pasca Mou perusahaannya dengan perusahaan Proton menuai tanggapan, baik yang pro dan kontra. Hendro kemudian mengirimkan tulisan khusus kepada Tribun, Minggu (8/2/2015) terkait hal ini.
"Adapun soal membangun pabrik mobil made in Indonesia, sudah mnjadi cita-cita saya sejak kebatalan KIA yang saya pegang, karena prinsipalnya diakuisisi oleh Hyundai. Dengan bersemboyan pada "Old Soldier Never Die", pada senja hidup saya ini, saya masih ingin berbakti kepada bangsa, yang celakanya termasuk kepad para demagog di antara masyarakat kita," tutur Hendro.
Dalam kesempatan ini, Hendropriyono juga mengungkapkan seputar masalah lain. Pengangkatan menantunya yang kini dipercaya sebagai Dan Paspampres, termasuk putra bungsunya, Diaz Hendropriyono yang kini menjadi salah satu petinggi di Telkomsel.
"Saya berkawan dengan orang lain tidak pernah karena perhitungan untung rugi. Persahabatan itu, seperti kita dapat jodoh merupakan takdir dariNya. Iri hati orang terhadap diri saya, yang mengatakan saya dimanjakan Jokowi menunjukkan, mulutnya busuk dahulu, sebelum mengerti apa yang dia katakan," tutur Hendro.
"Menantu saya menjadi Dan Paspampres karena penilaian Presiden sendiri, bukan karena saya yang minta. Kalau orang busuk seperti ini kenal sama May Jen TNI Andika Perkasa, ocehannya boleh kita dengar. Tapi menantu saya tidak pernah kenal dia, sehingga analisa dia kenapa Presiden memilihnya sebagai Dan Paspampres pastilah sangat picik," tulis Hendropriyono.
Diaz Hendropriyono yang menjadi Komisaris di Telkomsel, Hendro menjelaskan, merupakan pencapaian sendiri, yang menjadi Ketua dan mengorganisir relawan "Kawan Jokowi" bersama-sama kawan-kawannya. Yang sekarang ada diantaranya ada yang duduk di kabinet.
"Bukan sama sekali karena saya, karena keinginan saya. Justru anak saya melanjutkan usaha saya di Hendropriyono Corporation Indonesia (HCI) yang saya bangun sejak saya pensiun pada tahun 2000. Tapi anak bungsu saya, Diaz, tidak mau menjalani hidup di bawah bayang-bayang saya," cerita Hendro.
Hendro kemudian kembali menceritakan terkait keinginannya, bisa membuat mobil nasional. Ia kemudian menegaskan, mobil yang akan dibuat, bukanlah mobil negara.
Sehari sebelumnya, Menteri Perindustrian Saleh Husen menegaskan MoU antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton tak memakai uang negara, baik dari APBN maupun dana yang berasal dari BUMN.
"Bakti yang saya inginkan tersebut karena pemikiran, dulu waktu bangsa kita ada yang bikin pabrik sepeda, anak bangsa negara tetangga belum bisa bikin. Sekarang mereka ada yang bikin pabrik automobil, kita malah belum ada," tuturnya.
"Bangsa kita bisa jadi pecundang, karena ada saja oknum yang tidak merasa malu menjelek-jelekkan orang lain yang dia sendiri tidak berbuat apapun untuk bangsanya. Pabrik mobil nasional (nation=bangsa) yang saya cita-citakankan bukanlah mobil negara," Hendropriyono menegaskan.
Ia menjelaskan, pabrik yang akan ia bangun, salah kaprah kalau disebut mobil nasional. "Kalau pabrik yang akan kami bangun dia sebut mobil nasional karena salah kaprah istilah, sebaiknya yang bersangkutan belajar dulu istilah-istilah akademik dengan benar," kritik Hendropriyono.
Ia tak memungkiri, pabrik yang ia bangun memerlukan dana cukup besar. Yang sudah tentu, membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit.
"Pabrik mobil asli buatan Indonesia perlu dana sangat besar, yang saya dapat pinjam dari sindikasi beberapa lembaga keuangan luar negeri. Proyek ini merupakan usaha padat karya, insya Allah, menampung sampai 6000 tenaga kerja, yang saya tahu jangka waktunya jauh lebih lama dari usaha property dll yang saya geluti, dalam mendatangkan keuntungan perusahaan," paparnya.
Hendro memastikan menggandeng Proton, untuk kerjasama dalam R&D dan teknik. "Atas dasar itu akan lebih efisien bagi kita, dalam membangun infrastruktur beserta gelar after sale dan networking-nya. Kerjasama ini sifatnya B to B. Kami swasta, Proton juga kini swasta," Hendro memastikan.
Kehadiran Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia, Najib dan Tun Mahathir, menurutnya adalah untuk menyaksikan anak bangsa dalam membangun kerjasama. Demikian seyogyanya, kata Hendro, sebagai pemerintah memacu semangat rakyatnya, untuk bersama-sama membangun negaranya sendiri.
"(Presiden Amerika) Obama pun di Bali, menyaksikan, kawan kita swasta bertransaksi dengan Boeing Amerika. Itu karena kita beli, apalagi ini yang karena kita mau membangun pabrik sendiri," ujar Hendro.