TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum mengumumkan keputusan dalam menyelesaikan kisruh antara KPK-Polri, tim 9 sempat dipanggil Presiden Joko Widodo ke istana negara untuk mendengar pandangannya.
Hal tersebut diungkapkan anggota tim 9 Imam Prasodjo dalam diskusi Polemik Sindo Radio di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/2/2015).
"Jadi waktu kami diminta untuk datang bertemu presiden, terus kemudian diungkapkan tentang banyak masalah, kalau yang ini dilakukan ini masalahnya, kalau yang ini dilakukan ini masalah juga. Semua yang dilakukan semua memiliki implikasi salah," ujar Imam.
Diceritakan Sosiolog Universitas Indonesia ini saat itu situasinya sangat tegang, sampai akhirnya Imam pun nyeletuk untuk mencairkan ketegangannya.
"Jadi karena waktu itu situasi tegang saya nyeletuk makanya pak saya nggak mau jadi presiden karena bingung kalau apa pun itu," ujar Imam mengundang tawa.
Dikatakannya dengan polemik KPK Polri, menjadi pelajaran tersendiri bagi Imam. Ia menjelaskan biasanya DPR sangat detail dalam membahas sebuah prosedur terkait konteks pemberhentian dan pengangkatan seorang Kapolri.
"Kalau mau dirunut sebenarnya mau adil pemberhentian Pak Sutarman bagaimana prosedurnya kan bisa seperti itu? Terus pada saat yang sama pengangkatan BG (Budi Gunawan) sebagai calon Kapolri, preseden bagaimana," katanya.
Ia menangkap kesan presiden Jokowi pun terperanjat saat KPK menetapkan tersangka kepada Budi Gunawan. Sehingga DPR tentu harus menggali persoalan tersebut. Namun anehnya dalam meloloskan Budi Gunawan terbilang lancar.
"Ini ada apa? Jadi ini jebakan batman yang dilakukan, itu orang awam pasti tahu," katanya.