TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan, kemajemukan atau keberagaman di Indonesia melampui negara lain yang patut disyukuri sebagai anugerah.
"Tidak ada negara lain di dunia ini yang melampaui Indonesia dalam hal kemajemukan," ujar Puan yang mewakili pemerintah menghadiri acara Perayaan Nasional Tahun Baru Imlek 2566, di Jakarta, Senin (23/2/2015).
Perayaan Nasional Imlek ini digelar Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Pada tahun 2015 ini, panitia mengambil tema "Kewajiban Utama Pemimpin Negara Sampai Rakyat Jelata Adalah Membina Diri".
Acara tersebut juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Sekitar 1.000 umat Khonghucu hadir dalam acara ini. Sejumlah acara kebudayaan ditampilkan dalam perayaan ini.
Menurut Puan, keragaman etnis, agama dan budaya yang dimiliki Indonesia merupakan fakta dan anugerah yang patut disyukuri. Kemajemukan yang dimiliki, kata Puan, merupakan kekuatan Indonesia sebagai sebuah bangsa.
"Di sinilah kekuatan kita," katanya. Oleh karena itu, kata Puan, Indonesia sebagai negara multikultural tidak sepatutnya jika masih ada masyarakatnya yang mengalami diskriminasi. Menurutnya, seluruh pihak harus menghormati, menghargai dan menjaga toleransi.
Dalam kesempatan itu, Puan mengajak pemimpin dan masyarakat Indonesia untuk meneladani ajaran Konfusius. "Kita perlu meneladani dengan mencontoh kehidupan Konfusius yang telah berdedikasi tinggi menegakkan harkat dan martabat manusia," ujar Puan.
Secara terpisah, Lukman mengatakan, perayaan Imlek di Indonesia pada tahun 2015, yang mengajak pemimpin dan rakyat untuk membina diri, telah menggugah kesadaran semua pihak.
Remaja di Tanah Datar Lecehkan Kitab Suci, Akui Disuruh Orang, Diupah Rp 50 Ribu, Kejiwaan Diperiksa
Viral Remaja Lecehkan Kitab Suci di Tanah Datar, Disuruh Orang Demi Rp50 Ribu, Kejiwaannya Diperiksa
"Tema Imlek 'membina diri' sangat menggugah kesadaran kita semua bahwa tidak hanya para pemimpin, tetapi kita semua bahkan hingga rakyat jelata, dituntut untuk senantiasa membina dirinya masing-masing," ujar Lukman.
Menurut Puan, ajakan untuk membina diri masing-masing sesuai dengan kondisi di Tanah Air saat ini. Oleh karena itu, kata Lukman, pemimpin dan masyarakat diharapkan introspeksi, mawas diri dan mau menerima masukkan dari orang lain.
"Saya kira pesan membina diri adalah maknanya sangat luas. Masing-masing dari kita harus introspeksi, mawas diri, menerima masukkan dari pelbagai kalangan. Temanya sangat baik dan kontekstual dalam konteks ke-Indonesiaan kita," ujar Lukman.