TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar yang menyebutkan adanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang mencoba bergabung kelompok Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS/ Negara Islam Irak dan Syam) menunjukkan ancaman kelompok radikal itu kian nyata di Negara Kesatuan Republik Indonesia
Anggota DPR Komisi VIII dari Partai Kebangkitan Bangsa, KH Maman Imanulhaq melihat, ada beberapa cara ajaran ISIS bisa masuk melalui celah sosial di struktur masyarakat.
Maman mencontohkan, dari hasil penelitian Cicik Farha dari LSM Rahima yang menyebut di beberapa sekolah negeri diajarkan pelajaran jihad berpresfektif sempit, antiperbedaan dan antiideologi negara yaitu pancasila.
"Ironisnya pengajarnya adalah PNS yang disumpah taat konstitusi. Itu terjadi salah satunya di sebuah SMP di Jatiwangi Majalengka. Seorang guru matematika mengajarkan kebencian dan memuji ISIS. Civic Education (pendidikan kewarganegaraan) perlu menjadi prioritas agar rasa nasionalisme yang menghargai kebhinekaan tertanam di tiap jiwa generasi muda," kata Pengasuh Pondok Pesantrean Al Mizan, Majalengka itu ke Tribunnews.com, Kamis (19/3/2015).
Faktor keadilan yang sulit dijumpai di tengah masyarakat jadi cara lain masuknya ajaran ISIS. Ketidakadilan tersebut, kata Maman memunculkan patologi sosial, khususnya masalah pengangguran.
"Penggangguran membuat ada niat pemuda Indonesia mengubah nasib lewat cara bergabung dengan ISIS. Dorongan berjihad dan iming-iming dana gaji yang besar menarik kalangan tersebut. Mereka menjadi sasaran empuk para simpatisan ISIS untuk tuk dikirim ke ISIS. Atau mereka nencari jalan sendiri melalui jasa travel," ujar Maman.