TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin mengkritik penggunaan istilah deradikalisasi oleh Badan Nasional Penangulangan Terorisme (BNPT) terkait upaya menetralisir paham radikal bagi mereka yang terlibat teroris.
Din yang juga ketua PP Muhammadiyah ini menyatakan penggunaan kata tersebut telah mendapatkan penolakan dari berbagai kalangan.
Sebab, penggunaan itu merupakan bentuk doktrin mantan Presiden Amerika Serikat, Georghe W Bush saat berkunjung ke Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Saat itu, Bush mendesak pemerintah Indonesia untuk melalukan program deradikalisasi yang menyebabkan resistensi dalam program tersebut.
"Istilah yang kita pakai salah ya, dan BNPT masih pakai itu. Kalau tidak salah ada Deputi Kepala BNPT yang bertanggung jawab tentang deradikalisasi. Ini ada konotasi negatif dan ini yang saya masukan strategi nasional komprehensif termasuk diksi istilah yang kita pakai," kata Din usai mengikuti seminar yang bertajuk "International Conference on Terrorism and ISIS," di Jakarta International Expo, Jakarta, Senin (23/3/2015).
Din mencontohkan, penggunaan diksi tersebut saat Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) selalu dihubungkan dengan Islam. Hal ini bisa berdampak terpengaruhnya umat Islam dari kalangan moderat karena istilah tersebut.
"Silahkan teroris pakai istilah tapi kita jangan latah untuk ikut digembargemborkan. Ini taktik kelompok radikal menggunakan nama Islam agar kita terus menerus menggunakan pula,"ungkap Din.
Penggunaan istilah itulah yang membuat kalangan Islam kecewa dan tersinggung dan terlibat dalam jaringan radikal.
Bahkan, Din mengusulkan penggunaan istilah deralikalisasi diusulkan dalam rapat konsolidasi terkait srategi nasional yang komprehensif.