Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Indo Barometer M. Qodari mengatakan, program utama Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) harus diperkenalkan secara komperhensif guna secara subtansi dikenal masyarakat.
Jika tidak, akan kalah populernya dengan nama penyanyi dangdut.
"Kalau nggak dikenalkan secara sistematis, Cita Citata lebih dikenal daripada Nawacita," seloroj M.Qodari lalu tertawa di hadapan juru warta saat mempresentasikan hasil survei nasional Indo Barometer mengenai kinerja selama enam bulan pemerintahan Jokowi-JK di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Senin (6/4/2015) siang.
Cita-citata yang disebutkannya itu adalah nama seorang penyanyi dangdut wanita yang saat ini sedang naik daun dengan lantunan lagu 'sakitnya tuh di sini' dan 'goyang dumang'.
Dalam survei yang dirilis Indo Barometer program Nawacita rupanya tak banyak dipahami substansinya oleh masyarakat. Sebanyak 88,3 persen dari 1.200 responden menyatakan tidak mengetahui isi dari 9 program prioritas Jokowi tersebut.
Qodari menjelaskan, hanya 11,3% dari 1.200 responden yang kami tanyai menjawab tahu mengenai Nawacita Pak Jokowi. Menurutnya, Jokowi tak boleh anti sosialisasi.
Kendati demikian, kata dia, hasil survei tentang kepercayaan publik terhadap kinerja Jokowi menunjukkan relatif tinggi.
Sebanyak 45,9% responden meyakini Jokowi dan jajaran Menteri di kabinet kerjanya mampu merealisasikan 9 program pro-rakyatnya. Sementara yang tidak yakin hanya 10,8% responden.
Menurutnya, nawacita ke-9 tentang memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial di Indonesia dinilai oleh publik cukup memuaskan.
"Hasil survei menunjukan 65,75% responden puas," ujar Qodari.
Ia menambahkan, waktu pengumpulan data pada 15-25 Maret 2015. Survei ini dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden 1200 orang (margin of error ± 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan respinden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia(berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.