News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penangkapan Terduga Teroris

Daeng Koro Bernama Asli Sabar Subagyo, Pecatan TNI karena Asusila

Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Brimob Polda Jatim menjaga rumah terduga ISIS, Abdul Hakim Munabari di Jalan Ade Irma Suryani Gang 3A, Kota Malang, Jawa Timur, (26/3/2015).

Tribunnews.com, Jakarta — Sepak terjang Sabar Subagio alias Daeng Koro sudah tamat. Personel Detasemen Khusus 88 Antiteror melesakkan peluru tajam ke tubuhnya dalam baku tembak, Jumat (3/4/2015) lalu di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah.

Berdasarkan catatan pihak Kopassus, Sabar lahir di Jepara, 15 Januari 1963. Dia sempat berdinas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopashanda) pada tahun 1982. Saat ini, korps Kopashanda diketahui berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Namun, belum sempat berkarier atau baru tahap calon komando, Sabar tidak lolos uji fisik. Meski demikian, Kopashanda kala itu menampungnya di Detasemen Markas (Denma) Kopashanda di Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, selama empat tahun.

Sabar atau Daeng Koro selama ditampung hanya mengikuti kegiatan pusat pelatihan atau training center olahraga bola voli, tidak mengikuti pelatihan personel. Sabar kemudian dipindahtugaskan menjadi anggota Brigif Linud 3/TBS Kostrad TNI pada tahun 1987. Dia ditugaskan di Kariango, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Namun, peran Sabar hanyalah sebagai anggota training center olahraga voli.

Pada tahun 1991, Sabar melakukan pelanggaran berat, yaitu tertangkap basah melakukan perbuatan zinah atau asusila. Dia kemudian menjalani hukuman kurungan di rumah tahanan militer selama tujuh bulan. Pada tahun 1992, atas kasus yang sama, kesatuan memecatnya. Pangkat terakhirnya adalah kopral dua.

Terlibat aksi teror

Saat keluar dari militer itulah Sabar mulai mengenal kelompok radikal dan terlibat aktif di dalamnya. Berdasarkan catatan kepolisian, aksi pertama Sabar dilakukan pada tahun 2000 di Poso. Sabar punya andil dalam kerusuhan Poso dan bergabung dengan Laskar Jihad asal Jawa di Pandajaya. Rekan-rekannya mengangkat Sabar menjadi Panglima Laskar Jihad.

Tahun 2003, Sabar pindah ke Kalimantan. Dia memperlebar sayapnya dengan bergabung dengan kelompok Negara Islam Indonesia pimpinan Haji Nurdin. Dari situ, Sabar turut terlibat dalam kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk penembakan polisi dan warga sipil.

Dalam periode 2004 hingga 2006, Sabar juga pernah mengadakan latihan militer bagi para anggotanya di wilayah pegunungan di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Keahliannya itu didapat ketika ia sempat bergabung ke kelompok bersenjata di Filipina.

Sabar mulai bergabung ke kelompok Santoso pada 2012. Keduanya mendirikan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), saudara Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abubakar Ba'asyir yang telah berdiri sebelumnya. Sejak saat itu, keduanya memulai serangkaian aksi teror di Poso dan daerah lainnya.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen (Pol) Idham Azis mengatakan, sejak mendirikan MIT, Sabar adalah pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib asyakari atau kelompok bersenjata yang dilaksanakan di sejumlah wilayah di Sulawesi.

"Dia memulai pengadaan senjata yang saat ini menjadi senjata inventaris MIT. Yang bersangkutan juga mendatangkan bahan peledak, termasuk serbuk meriam dari Ambon ke Poso," ujar Idham.

Kedua, Sabar diduga sebagai dalang dalam pembunuhan dua personel polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman, di Pegunungan Tamanjeka, Poso.

Kedua polisi itu menghilang pada 8 Oktober 2012 lalu. Keduanya akhirnya ditemukan aparat Kompi B Batalyon Infanteri 714 Sintuwu Maroso pada 16 Oktober 2012 dalam keadaan tewas mengenaskan di wilayah antara Dusun Weralulu di Desa Tokorondo dan Dusun Tamanjeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini