TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDI Perjuangan ini tidak membantah bila masuknya nama Puan Maharani sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan dalam struktur partai besutan Megawati Soekarnoputri untuk menjaga trah keturunan Soekarno dalam partai tersebut.
"Mungkin ada unsur itu, tapi mungkin beda sekali antara orang hanya karena trah diangkat secara mendadak, tiba-tiba jadi Sekjen Partai atau Waketum Partai," ucap Politisi PDIP Hamid Basyaib di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Dikatakannya, meskipun Puan tetap diberikan posisi strategis dalam tubuh partai banteng bermoncong putih tersebut, tetapi anak Megawati Soekarnoputri tersebut merintis karir politik di PDIP dari bawah.
Ia sudah 20 tahun aktif di partai tersebut. Sehingga berbeda dengan partai lain dimana keluarga bisa menempati Sekjen atau Wakil Ketua Umum Partai setelah bergabung dengan partai.
"Bukan saya belain ya, kan 20 tahun Bu Puan aktif di partai, dan sampai sekarang jabatan puncak di partai cuma kepala salah satu bidang atau departemen partai, tidak jadi Waketum atau Sekjen yang strategis," ucapnya.
Penempatan Puan sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan nonaktif dalam struktur PDIP dianggap tidak bertentangan dengan presiden Joko Widodo yang menginginkan menteri-menterinya melepas embel-embel partai.
"Tidak dong, justru sejalan, kalau bertentangan kan justru kalau Ibu Puan aktif, kalau tidak aktif kan jadi tidak, justru ini karena lebih disesuai," ungkapnya.
Penempatan Puan dalam struktur Partai, dikatakan Hamid agar hubungan organis Puan dangan partai tidak putus meskipun saat ini menjabat sebagai menteri dalam kabinet kerja Jokowi.
"Justru yang dikejar Ibu Mega dan PDI Perjuangan bahwa hendaknya kaitan organis Ibu Puan dengan partai tidak putus begitu saja gara-gara ini, kan tidak fair. Ibu Puan itu 20 tahun berjuang dari bawah dari ngurusin makanan. Jadi bukan karena dia anak ketua umum dapat posisi, tidak, kalau lihat sejarahnya tidak," ujarnya.