News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konferensi Asia Afrika

11 Ketua Parlemen Negara Sahabat Hadiri Konferensi Parlemen Asia-Afrika

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo didampingi Ketua DPR Setya Novanto (kanan) tiba di ruang Nusantara IV gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin (6/4/2015).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua DPR Setya Novanto mengatakan pihaknya mengundang 36 ketua parlemen negara sahabat dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika.

"Yang diundang ada 36, ada beberapa negara yang bersedia hadir, tercatat ada 11 (pimpinan parlemen), ada juga wakil-wakil ketua parlemen," kata Novanto di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Menurut dia, selain itu acara ini spesial karena Presiden Joko Widodo akan menyampaikan pidato pembukaan. Hadir juga seluruh Duta Besar negara sahabat di Indonesia, para diplomat dan pihak undangan lain.

Acara akan berlangsung di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, mengambil tema 'Strengthening the Role of Parliament in the South-South Cooperation to Promote World Peace and Prosperity' ini.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Chair of Global Green Growth Institute juga akan menjadi keynote speaker di sesi pertama. Setelah itu, akan ada pula diskusi khusus mengenai pengakuan atas Palestina.

Konferensi ini akan ditutup dengan deklarasi dari parlemen Asia-Afrika. Ketua DPR kemudian akan menjamu para tamu dengan makan malam.

Tujuan dari konferensi ini ada tiga, yakni sebagai forum parlemen Asia dan Afrika dalam menyamakan perspektif dan solusi bagi tantangan Asia dan Afrika di masa depan, untuk konsolidasi dan penguatan peran parlemen dalam membangun Kerjasama Selatan-Selatan dalam konteks New Asia Africa Strategic Partership (NAASP), serta menyalurkan perspektif parlemen negara-negara Asia-Afrika dalam penajaman agenda pembangunan global pasca 2015.

"Isu Palestina juga dibahas. Hingga kini Palestina masih memperjuangkan cita-cita untuk merdeka. Masalah Palestina adalah amanat pembukaan UUD 1945 yang boleh jadi menjadi satu-satunya masalah klasik terkait hak menentukan nasib sendiri (self-determination) yang belum terselesaikan hingga kini," kata Novanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini